Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ini Dia, 12 Puisi Istimewa Persembahan Saya di Bulan Bahasa

11 Oktober 2020   17:38 Diperbarui: 11 Oktober 2020   19:24 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Judul puisi saya yang kesepuluh adalah Kahwaji Nan Karim.

Puisi ini mengajak kita untuk berbagi kebaikan pada sesama yang dicontohkan dalam pribadi seorang kahwaji yang karim atau penjual kopi yang murah hati.

11. Puisi kesebelas menggunakan kata kelasah dan mengensel. Mungkin kedua kata ini terdengar asing buat kita. 

Kata kelasah artinya adalah gelisah atau tidak tenang. Sementara kata mengensel artinya meniadakan atau menunda. Berasal dari kata dasar kensel yang artinya hapus atau tunda. 

Saya berpikir ada kemungkinan ini serapan dari kata bahasa Inggris cancel yang artinya juga tunda. Menarik ya belajar bahasa Indonesia.

Dokpri
Dokpri
Puisi berjudul Jangan Relakan Kelasah Mengensel Bahagiamu, saya buat memenuhi permintaan salah satu sahabat Kompasianer.

Tema puisi berkaitan dengan mental health. 

Puisi ini saya sesuaikan juga dengan tema topik pilihan mengenai Hari Kesehatan Jiwa 2020. Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini diperingati pada tanggal 10 Oktober kemaren. Meskipun tidak mendapat label pilihan oleh editor Kompasiana, saya tetap menyukai puisi saya ini.

Sumber tangkapan layar dari FB pada 10 Oktober 2020. Dokpri
Sumber tangkapan layar dari FB pada 10 Oktober 2020. Dokpri
Sebuah ajakan untuk melawan perasaan gelisah tanpa alasan. Jangan membiarkan perasaan tersebut meniadakan kebahagiaan kita. 

Puisi ini spesial untuk sahabat saya mbak Ayu Diahastusti, Kompasianer asal Solo yang artikel-artikelnya selalu menginspirasi dan sering dapat label artikel utama. 

12. Puisi keduabelas persembahan saya berjudul Kataklisme dan Sajak Malammu. Puisi ini menggambarkan perasaan sedih saya dengan kondisi negri beberapa hari lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun