Pagi ini saya melihat data penulisan di akun Kompasiana. Saya mendapati angka bulat, yaitu 600 pada data artikel pilihan editor. Lumayan juga. Total semua karya saya 1.004. Tulisan pagi ini menjadi yang ke 1.005.
Ambil contoh artikel saya tentang bunga artifisial yang saya tulis sudah pada bulan Juni 2019. Sudah 1 tahun lebih dan saya lihat jumlah viewer tidak bertambah lagi. Waktu saya abadikan dengan tangkapan layar, hanya tertulis view 36. Buat saya 1 tahun itu lama.
Jumlah view yang sedikit dan tidak adanya label dari admin Kompasiana sebagai artikel pilihan editor, bukan alasan bagi saya untuk patah semangat apalagi sampai saya tidak menghargai tulisan sepi pembaca ini.
Tidak pernah ada dalam pikiran saya untuk meremehkan hasil karya saya sendiri. Saya tetap menghargainya. Itu buah karya saya pribadi, murni. Kalau bukan saya sendiri yang mengapresiasi, lalu siapa? Mulailah menghargai hasil karya sendiiri, itu prinsip saya.
Karena alasan itulah, saya juga memberi motivasi penyemangat pada para rekan yang bergabung di Kompasina. Menulis saja terus. Jika pembaca artikelmu masih sedikit saja sekarang, tetaplah giat menulis. Jangan berhenti dan tawar hati.
Artikel yang sepi pengunjung ini biarlah tetap berada di sana. Saya tidak pernah berniat menghapusnya. Ini memberi saya sebuah jejak perjalanan penulisan pada sejarah kehidupan yang saya torehkan tentang diri saya.
Terbukti dengan keberhasilan saya melaju terus menulis hingga pada artikel ke 999, mendapat pengalaman baru yang mengejutkan. Di luar dugaan saya, ternyata kekonsistenan saya dalam semangat menulis dan terus menulis, membuat banyak kompasianer mengunjungi tulisan tersebut.
Bahkan para kompasianer yang memberikan komentar tercatat ada 43 komentar. Sementara jumlah keseluruhan viewnya ada 417 yang didapat dalam hitungan hari, bukan bulan atau tahun.