Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April di Indonesia. Begitu juga tahun ini, peringatan Hari Puisi Nasional berada di tengah-tengah pandemi covid 19. Sungguh suatu kondisi yang sangat tidak nyaman bagi semua. Meski demikian, kita harus tetap semangat menjalani kehidupan. Seperti pagi ini, keponakan saya yang masih kelas 5 SD, mengawali hari dengan keceriaan membuat puisi tentang keluarga
Keluargaku
Di sini ada kasih sayang
Di sini ada tawa bahagia
Di sini pula ada airmata
Kebersamaan
Kerukunan
Saling mengerti
Indahnya sebuah keluarga
Bahagia diisi dengan penuh kasih
Aku akan mengenang semua itu
Terimakasih keluargaku
(Written by Tobias Raditia Sebastian
28 April 2020)
Puisi indah ini ditulis dari hati. Berawal dari melihat tayangan di TVRI, Radit belajar mengenai peringatan Hari Puisi Nasional. Kemudian ada tugas membuat puisi. Tugas inilah yang dikerjakan pagi ini dengan penuh semangat. Saya juga terheran-heran ketika mendapati keponakan saya menulis puisi tanpa bantuan siapapun. Ternyata ada bakat juga berpuisi.
Almarhum Bapak saya juga penyuka karya sastra Jawa. Seringkali beliau di masa hidupnya menyayikan lagu-lagu Jawa yang bait-bait lagunya seperti alunan nada puisi. Ibu saya juga pencinta karya sastra puisi. Ibu bahkan menghapal beberapa judul puisi karya Chairil Anwar. Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang Ibu selalu ingat judulnya adalah Kerikil Tajam.
Saya sendiri sudah lama menjadi penggemar puisi. Saya ingat kalau pernah membuat puisi waktu SMP. Saya batal mengikutkannya dalam lomba. Puisi sudah ditulis, sudah saya masukkan amplop, namun ketidak percayaan diri membuat amplop itu tak pernah terkirimkan. Ternyata karya sastra puisi mengikuti saya sepanjang usia hingga kini. Bahkan ada satu artikel saya di Kompasiana yang berisi tentang kecintaan saya pada puisi. Berpuisi bagai nyawa saya. Anda bisa baca artikelnya di sini.
Jika ditanyakan, apakah Chairil Anwar menginspirasi saya? Tentu saja iya. Puisi yang sangat melekat di kepala saya berjudul Aku. Ada satu larik dalam puisi yang membuat saya sungguh terheran-heran. Keberanian syair Beliau yang terus terngiang adalah bagian ini: Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang. Mengapa Beliau bisa mendapatkan larik kata yang demikian? Saya juga tak mengerti.
Dalam sebuah kesempatan saya pernah membaca buku kumpulan puisi karya Beliau, namun saya belum sempat membelinya. Saya membaca beberapa puisinya dan merasa trenyuh. Kalimat-kalimatnya penuh perasaan yang tajam dan peka. Saya hanyut dalam keindahan bait-baitnya. Beliau memang sangat menginspirasi. Seorang pemuisi yang hebat, sastrawan kenamaan Indonesia.Â
Tuhan menganugerahi Beliau usia yang relatif singkat, 27 tahun. Bahkan hari kematiannya dijadikan peringatan Hari Puisi Nasional.
Puisi memang indah saat ditulis dari hati.Â
Saya juga sudah menulis sangat banyak puisi. Saya sudah tidak menhitung lagi total semua puisi saya di Kompasiana. Saya yakin lebih dari 400 puisi pasti ada. Karena sebagian besar tulisan saya di Kompasiana memang berupa puisi. Bahkan saya sedang dalam proyek mengumpulkan semua karya puisi saya yang pernah tayang di Kompasiana
Saya memberi label pada puisi saya #PuisiHatiAriBudiyanti. Bahkan saya sudah membuat page di facebook yang isinya kumpulan karya puisi saya di Kompasiana. Nama page saya di facebook adalah Puisi Hati - Ari Budiyanti. Anda bisa lihat di link Ini.