Hujan tak kunjung berhenti. Viona masih juga menanti orang tua Nanda datang. Sementara Ardi sudah tidak ada lagi murid yang ditunggu. Semua sudah dijemput. Kini hanya tinggal Nanda sendiri yang belum dijemput. Nanda sudah tertidur di pangkuan Viona.Â
"Orang tuanya sudah memberi kabar?" sapa Ardi sambil perlahan mendekati Viona dan duduk di sebelahnya. Viona hanya menangguk. Tak tahu harus bicara apa. Degub jantungnya berdebar kencang saat Ardi duduk di sebelahnya. Senang namun juga gugup. Kikuk rasanya.Â
Ardi tidak menagkap gelagat itu. Dia hanya melihat Viona yang kelelahan dan merasa kasihan harus menunggu sendiri di sekolah. Guru-guru lain sudah pulang semua. Beberapa rekan terpaksa menembus hujan karena melihat hujan tak kunjung reda.Â
Hujan menahan kedua insan ini lebih lama dalam kebersamaan. Meski lelah badan yang tak kunjung jua teristirahatkan. Namun hanya di satu sisi batin saja ada resah dan gelisah, rindu bergemuruh dan mungkin sebuah romantise sepihak dalam batin.Â
Akhirnya, Nanda dijemput mamanya. Hujan pun telah mereda. Ardi dan Viona telah bersiap pulang. "Bareng saya saja bu Viona. Tapi gerimis sedikit tidak apa ya." Ardi mengantar Viona sampai ke rumahnya sore itu.
...
Dua tahun kemudian
...
Hujan datang lagi. Deras menahan Viona kembali tak bisa pulang. Namun tak ada lagi Ardi di sisinya. Meski hanya sebagai rekan kerja. Ardi sudah mengundurkan diri dari sekolah dan diminta orang tuanya meneruskan bisnis di kampung halaman di luar pulau Jawa. Kini mereka sudah terpisah jarak yang sesungguhnya memang benar-benar jauh dalam bentangan samudera. Namun, mengapa tiap kali hujan datang, memori senja itu bersama Ardi hadir kembali.Â
Hujan selalu membawa sebait kisah manis dalam sebuah memori indah tak terlupakan bagi Viona. Akankah Ardi juga mengingat memori indah di senja itu. Sebuah senja dua tahun lalu. Ada sebuah kisah rindu. Sayup-sayup terdengar lagu Hujan yang dinyanyikan Utopia. Hujan memberinya sendu dan membuat Viona ingin menyanyi lagu rindu itu
"Aku selalu bahagia saat hujan turun, karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri"Â