Malam ini saya ingin merayakan kebahagiaan dengan menuliskan pencapaian baru lagi. Menulis di Kompasiana memang memberi saya banyak kejutan manis di tahun 2019. Terima kasih Kompasiana.
Di awal tahun 2020 ini pun, tepatnya bulan ke dua dan tanggal ke dua pula, saya mendapat kejutan menarik lainnya. Saya terbiasa melihat-lihat perkembangan tulisan saya di Kompasiana. Saya scroll down karya-karya saya dan melihat adakah penambahan jumlah pembaca setidaknya asumsinya demikian saat melihat total views di setiap artikel.
Dan benar sekali, saya sempat melonjak kaget ketika pagi tadi mendapati puisi yang saya buat pada 1 Januari 2020, dan juga pas koq ya posting jam 1 siang telah menjadi satu satunya puisi saya dengan total views lebih dari 650. Saya hampir tidak percaya dan segera saya zoom layar HP saya untuk memastikan angka tersebut.
Puisi adalah salah satu karya artikel yang dimasukan kategori fiksiana. Dari pengalaman saya menulis puisi di Kompasiana dan saya perhatikan total viewsnya memang beragam. Tapi hanya berkisar 30 an sampai 200 an views. Di atas 100 itu sudah luar biasa bagi saya untuk karya puisi.Â
Salah satu puisi saya yang terpilih jadi artikel utama saja pun tidak sampai mencapai angka views 400, sampai malam ini saja baru 358 views. Padahal sudah lebih 8 bulan. Anda bisa baca di link berikut: mematahkan-hening
Puisi dengan judul tahun-baru-mengapa-banjir-melanda, berawal dari keprihatinan saya di awal tahun baru 2020 dengan kenyataan banjir di banyak titik baik kota maupun desa di Indonesia. Wilayah yang cukup parah memang salah satunya area Jabodetabek. Foto-foto yang saya pakai untuk ilustrasi puisi pun berasal dari dokimen pribadi milik kakak saya. Jalan raya di area perumahan tempat kakak saya tinggal di Bekasi pun kebanjiran.
Sebagai seorang yang pernah mengalami berbagai peristiwa banjir dan bahkan sampai hampir terenggut nyawa saya karena banjir, tentulah saya bisa merasakan kepedihan orang-orang korban bencana banjir. Puisi ini muncul dari hati yang mendalam. Kesedihan yang luar biasa bagi bencana alam yang menimpa bangsa Indonesia.Â
Tepat 2 Januari 2020 ternyata puisi ini telah mencapai jumlah views sebanyak 662. Setidaknya sampai tulisan ini saya buat.
Untuk para pembaca yang sudah meluangkan waktu membaca puisi ini dan juga para rekan kompasianer, saya ucapkan banyak terimakasih.Â
Tanpa pembaca, vote dari Kompasianer dan juga komentar positif rekan-rekan sekalian, apalah artinya sebuah puisi ditayangkan. Setidaknya itu bagi saya. Anda yang tidak setuju, tidak apa. Mohon maaf bila menyinggung.Â
Menulis di Kompasiana salah satu tujuannya adalah agar tulisan saya dibaca banyak orang. Kalau mendapat label pilihan editor sampai artikel utama msupun artikel feature memang senang, tapi seandainya tidak mendapat ketiga hal tersebut, saya tetap akan menulis juga.Â
Itu saja yang ingin saya bagikan malam ini. Jadi, jika Anda menulis di Kompasiana, teruskanlah itu. Tulislah sesuai bidang minat Anda. Tak perlu menjadi orang lain atau mengikuti gaya orang lain.Â
Just be yourself and enjoy the life.
...
Selamat Hari Minggu
Salam Literasi
....
Written by Ari Budiyanti
2-2-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H