"Sebentar, aku pesan kopi dulu" sambil berdiri dari tempat duduknya di hadapan pria itu. Bergegas memesan kopi dua gelas dan segera membawanya ke arah pintu depan. "Teman, aku sudah punya kopi, mengapa kau pesan dua? Kau sendirian." Pria itu menatap Alex penuh heran. Saat lekat ditatapnya wajah Alex, dia merasa mengenali seseorang. Mirip sekali dengan si pujangga senja.Â
"Oh ya, aku datang bersama kakakku. Dia menunggu di luar. Aku tak bisa lama-lama" kata Alex sambil menunjuk ke luar kafe ke arah Tania. Jantung pria itu berdebar kencang, tak percaya dengan apa yang diihatnya di kejauhan. "Pujangga Senja? Benarkah itu dia?" hampir berbisik suaranya namun masih tertangkap oleh telinga Alex.Â
"Ayok, kukenalkan pada kakakku. Mungkin dia senang dapat teman baru, cowok, orang Indonesia pula." ajak Alex penuh harap. Anggukan kecil dari pria itu yang langsung bergegas berdiri dan membereskan bawaannya.
"Astaga, mengapa aku merasa ingin ke toilet sekarang. Bisakah aku minta tolong padamu untuk memberikan kopi ini pada kakakku di luar. Aku mau ke toilet dulu" tanpa memberi pilihan, Alex menyerahkan kopi milik Tania pada pria itu dan bergegas pergi mencari toilet.
"Tunggu siapa namamu? Agar kakakmu percaya kalau ini darimu." seru pria itu. "Alex" jawab Alex sambil berlari ke arah toilet yang dilihatnya tak jauh dari kafe.Â
Pria itu berjalan menuju Tania yang sedang sibuk menatap pohon dan mencoba mencari mungkin ada burung atau kupu-kupu yang bisa diperhatikannya. "Pujangga Senja, kaukah itu? Tania?" sapaan lembut seseorang dari belakang Tania. Hati Tania berdebar. Suara itu sangat dikenalinya. Cepat-cepat dia berbalik.
"Rian.." masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata. Pria itu adalah Rian. Seseorang yang berusaha mencari keberadaan Tania di Jerman. Dan akhirnya didapatinya wanita pujaannya ini di kota Frankfurt. Senja ini tepat 14 Februari. Saat di mana banyak sekali yang merayakan sebagai hari Valentine.Â
Tuhan baik sekali pada kedua insan ini. Setelah bertahun-tahun tak bersua, masing-masing saling menjaga hati tanpa diketahui. Saling merindu dan mengadu pada rembulan. Dipertemukan di bawah pohon kala senja dingin tiba. "Apakabar? Lama sekali tak melihatmu. Pun tiada kabar tentang kepergianmu. Aku..."Â
"Kopi itu untukku?" Tania memotong perkataan Rian. Rian mengangguk dan mengulurkan segelas kopi lalu mengajak Tania duduk kembali di bangku taman di bawah pohon. Tania tak berani menatap pria yang sangat dirindukannya. Tania hanya menunduk menatapi segelas kopi di tangannya.Â
"Tania. Aku sangat merindukanmu." kata-kata Rian mengejutkan Tania. Benarkah pria di sampingnya ini merindukan dia. Sama seperti dia merindukan Rian. Benarkah ada ikatan rasa di antara mereka meski jarak terpisahkan tanpa berita. Apakah ada cinta yang semacam itu. Banyak tanya berkecamuk di kepala Tania.Â
"Apa kau merindukanku juga Tania? " Rian melanjutkan tanyanya dengan berharap ada rasa yang sama. "Iya" jawab Tania singkat dan menatap pria di sebelahnya lekat-lekat.Â