Gemar membaca adalah hal yang seharusnya menjadi kebutuhan setiap kita. Jika menjadikan membaca buku sekedar hobi atau kegemaran belaka, maka masih ada kemungkinan hobi ini ditinggalkan bila ada banyak kebutuhan lain yang mendesak. Atau melakukannya saja di waktu semggang semata. Apakah ini salah? Tentu saja tidak. Bagi saya, jika Anda masih mau membaca buku secara rutin, itu adalah hal yang luar biasa.Â
Bolehkah saya mengisahkan awal mula kegemaran membaca saya dan perjalanannya hingga kini sebagai seorang kolektor buku? Boleh ya.Â
Apakah orang tua saya tidak mau membelikan buku untuk anak-anaknya? Bukan seperti itu. Tapi sebagai keluarga dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah, kedua orang tua saya lebih mementingkan kebutuhan berkaitan dengan buku-buku wajib saja untuk pendidikan di sekolah. Buku-buku bacaan lainnya, meskipun beliau berdua ingin membelikannya namun uang tidak ada.Â
Meski demikian, kebaikan Tuhan itu nyata pada saya. Saya mempunyai seorang sahabat sejak bayi, yang tinggal di sebelah rumah. Dia sahabat dan juga tetangga saya. Sampai saat ini kami masih bersahabat meski dia sudah yinggal di luar pulau Jawa. Jauh dari desa kelahiran kami.Â
Sahabat saya ini beruntung sekali karena papanya mempunyai koleksi buku yang sangat banyak. Bahkan sejak kecil sudah berlangganan majalah Anak "Bobo". Sahabat saya ini juga tidak pernah pelit pada saya. Buku dan majalah yang dia baca akan dipinjamkan pula ke saya. Ini berlangsung terus sampai kami di SMP.Â
Sahabat saya ini sekolah di luar desa sejak SMP. Kalau dia sedang pulang kampung, dia akan membawa buku-buku baru dan dia pinjamkan ke saya. Bahkan papanya yang sudah menganggap saya sebagai anaknya juga, pernah meminjamkan majalah Bobo edisi terbaru ke saya lebih dulu. Karena sahabat saya, anaknya sedang di luar desa. Saya sangat menikmati aneka bacaan anak yang dipinjamkan tetangga saya ini.Â
Karya-karya Enid Blyton seperti Lima Sekawan, lalu karya Alfred Hitchock serial Trio detektif juga menjadi bacaan saya semasa SMP. Ada beberapa buku yang saya pinjam dari teman sekolah, ada pula yang dibelikan kakak saya.Â
Masa-masa meminjam buku pada sahabat saya pun berlalu. Kami sekolah di SMA yang sama. SMA N 1 Purwokerto. Di sinilah saya mulai mengenal perpustakaan. Di desa tempat saya tinggal, satu-satunya perpustakaan yang saya kenal dan familiar datangi ya punya sahabat saya. Ada sih perpustakaan sekolah di SD dan SMP. Tapi saya tidak terlalu familiar dengan perpustakaam SD dan SMP. Saya hampir tidak pernah pinjam buku di sana. Jadi saya mengenal buku-buku bagus justru dari koleksi milik sahabat saya. Termasuk buku-buku cerita anak karya Hans C. Anderson.Â
Selama di SMA, saya banyak meminjam buku di perpustakaan bernama Persadaku Merdeka. Letaknya tepat di depan SMA N 1 Purwokerto. Masih ada sampai sekarang.Â
Saya mulai mempunyai beberapa koleksi buku tapi semua adalah hadiah dari kakak kelas saya. Saya tidak membeli sendiri. Uang untuk hidup di Purwokerto sebagai anak kos saja sudah pas-pasan. Jadi mana ada uang khusus untuk beli buku.Â
Oya, di masa kecil saya ada beberapa yang saya punya karena dibelikan Bapak saat kami dalam perjalanan di kereta api. Tentu saja untuk mengisi waktu di Kereta Api, Bapak membelikan saya majalah anak. Di luar itu, bacaan yang saya terima dari Bapak, seringkali aneka koran bekas yang sudah sedikit tertinggal waktunya. Bukan koran baru. Tapi info-info menarik lainnya masih bisa di gunakan. Jaman saya kecil, surat kabar atau koran masih populer. Berbeda dengan sekarang ya.Â
Tapi pada intinya semua kebutha saya berkaitan dengan membaca buku dipenuhi dengan cara-cara istimewa oleh Tuhan. Bermula dari meminjam buku di tetangga, lalu di perpustakaan depan sekokah SMA, selanjutnya di masa Kuliah saya juga tinggal tidak jauh dari perpustakaan yang lainnya di Surabaya.Â
Selama masa kuliah, saya bisa membeli beberapa buku tapi dengan menghemat uang makan saya. Atau dengan kata lain potong uang makan untuk bisa beli buku yang sangat diinginkan. Hajya beberapa saja buku yang saya punya. Tidak sampai 5 buku yang saya beli. Tentu saja diluar buku-buku wajib saya untuk kuliah ya.Â
Meskipun demikian, saya masih saja bisa mendapat pinjaman buku dari teman-teman kuliah saya. Membaca menjadi suatu kebutuhan bagi saya. Dan dengan berbagai cara, Tuhan menolong saya menemukan bacaan yang tepat dan gratis.Â
Bahkan, setalah lulus kuliah, saya masih terus membaca. Tahukan Anda, ada pengalaman buruk yang pernah saya alamai. Untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, saya membutuhkan waktu penantian hinga hampir 1 tahun. Saya melamar di banyak tempat kerja, namun tidak satupun yang lolos. Sedih sekali, namun waktu-waktu menganggur saya itu saya habiskan untuk membaca buku yang saya pinjam baik dari perpustaakaan maupun dari teman-teman kuliah saya.Â
Bukan hanya membaca buku, saya membuat rangkuman isi buku yang saya baca di buku catatan. Dalam bayangan saya, tidak mungkin memiliki buku-buku bagus itu. Saya setidaknya dengan merangkum bisa membaca ulang inti dari huku yang saya pinjam. Ada banyak sekali rangkuman buku yang saya buat. Bahkan beberapa saya ketik di word dan masih saya simpan hingga saat ini.Â
Ternyata bertahun-tahun kemudian, rangkuman buku yang saya ketik ini berguna bagi banyak teman saya. Saya mengirimi mereka file berisi rangkuman buku saya via email.Â
Kisah paling bahagia pun tiba setelah saya akhirnya mendapat pekerjaan pertama saya di sebuah sekolah. Anda akan sama terkejutnya dengan saya mengetahui bangunan apa yang ada dekat sekolah tempat saya mengajar. Sebuah toko buku dan sebuah perpustakaan yang letaknyz bisa dijangkau dalam gmhotungan menit. Iya tidak sampai 5 menit melangkah keluar dari pintu sekolah, da Toko Buku. Lalu di atas Toko Buku itu ada perpustakaan. Lengkaplah kebahagiaan saya.
Namun sekaligus ini menjadi sumber pencobaan saya. Karena sudah bekerja, saya menghasilkan uang. Apa sih yang saya paling inginkan setelah perjalanan kisah membaca saya sejak kecil? Tentu saja membeli buku-buku bagus baik yang baru maupun yang pernah saya pinjam dari teman. Hampir setiap dapat gajian, saya selalu berkeliling ke toko buku. Dalam 1 bulan saya bisa memberli 2 sampai 3 buku.Â
Koleksi buku yang saya punya menginspirasi diri saya untuk membuat perpustakaan pribadi buat saya. Namahya ABy Online Library. ABy meripakan singkatan dari nama saya Ari Budiyanti. Online Library karena saya tayangkan judul buku koleksi saya secara online di media sosial. Tujuannya memberikan rekomendasi buku bagus yang sudah pernah saya baca.
Buku termahal yang pernah saya beli adalah sebuah ensiklopedi seharga Rp. 750.000,-
Selain itu, sebagai pendidik, saya juga mengoleksi buku-buku seputar edukasi anak. Misalnya tentang Lima Bahasa Kasih untuk Anak, Bagaimana mengatasi Naak berkelakuan buruk, dll.
Total judul buku yang telah saya koleksi pasti sudah di atas 300 judul. Karena sejak saya bekerja lagi di area Jabodetabek kesempstan saya bertemu toko buku juga jauh lebih banyak. Selain itu juga bisa mendapatkan buku-buku bagus dengan harga murah pada saat acara booksale.
Sekarang, says sudah mempunyai koleksi buku saya sendiri yang nantinya akan saya wariskan pada anak cucu saya atau siapapun yang nanti mungkin beruntung mewarisi buku-buku saya ini.Â
Salam Literasi
...
Written by Ari Budiyanti
8 Januari 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI