Akhir tahun ini aku akan pulang. Haruskah kuberi tahu dia? Pada awal-awal aku tinggal di  benua ini, selalu kukabarkan kapan aku pulang. Namun tak pernah cocok waktunya dengan dia. Selalu saja sedang berlibur, jauh dari kota tinggalku. Mengapa aku tak mengunjuginya di rumah tinggalnya saja? Mungkin rasaku padanya tak sebesar dan sedalam itu. Dan mungkin aku hanya takut dia menolakku. Meski sangat tidak mungkin. Aku saja yang tak berani mencoba bertanya.Â
Sebagai seorang teman, saling mengunjungi adalah hal wajar. Entah berapa kali dia datang ke kotaku. Meski begitu tak pernah aku mendatangi kotanya. Beberapa kali dia tanya tempat tinggalku, saat dia berada tak jauh dari komplek perumahanku. Namun tak satu jua pernah kujawab tanya itu. Aku hanya tak ingin saja dia tahu rumahku. Aneh ya. Aku hanya tak siap untuk segala kemungkinan. Bahkan jika kemungkinannya adalah dia memiliki rasa yang sama padaku. Entahlah.
"Desember ini pulang sayang?" Tanya mami padaku saat kami melakukan percakapan melalui skype. "Iya Mami, aku pulang dua Minggu. Mami mau dibawakan apa kali ini?" Aku memang terbiasa membawakan mami aneka hadiah dari benua tempat aku bekerja dan belajar. Jarang mami mengungkapkan langsung apa yang jadi inginnya. Sering kudapati infonya dari kakak perempuanku. Dan aku membawakannya sebagai kejuatan semata.Â
Apakah aku harus menemui Vira? Apakah aku akan cukup berani menyapanya, bertemu langsung dan bercakap semua kisah? Iya sudah 10 tahun tidak bersua. Bahkan saat aku berangkat ke benua ini, aku tak memberinya kabar. Tahu-tahu dia kontak dan aku bilang saja sedang di luar negri. Astaga. Dia bahkan tak marah. Hanya memberiku ucapan selamat berulangkali karena bisa bekerja dan sekalian study di sini.Â
Terakhir kami bertemu di kotaku. Saat dia masih bekerja di sini. Namun sekarang sudah tidak lagi. Meski begitu tak seberapa jauh sehingga bisa beberapa kali mengunjungi kotaku yang selalu kurindu. Bahkan terakhir kulihat foto-fotonya bertebaran di media sosial. Berada di beberapa sudut kotaku. Kota yang selalu membuatku rindu pun dia. Dia sudah memiliki semua rindu dan hatiku.Â
Sebuah pesan privat masuk lagi di media sosialku. Undangan seminar di kotaku. Seminar adalah kesukaannya. Heran, meski sibuk bekerja, dia masih saja menyempatkan diri mengikuti aneka seminar di hari Sabtu. Sejak dulu dia memang suka belajar. Itu salah satu yang membuatku sangat mengaguminya. Wanita yang tidak hanya baik hatinya tapi cukup smart dan terpelajar. Aku lihat waktu pelaksanaan seminar. Bulan Desember. Pas waktunya aku pulang  tapi Desember kan waktu dia liburan panjang. Biasanya dia tidak di kotaku saat aku datang di penghujung tahun.Â
"Angga, siapa tahu kamu pas pulang. Atau setidaknya ada keluargamu yang mungkin berminat." Pesan itu dari Vira. Baru saja aku memikirkannya, seolah dia merasa dan dia mengirimiku pesan itu.
"Thanks Vira" hanya itu jawabanku. Dia pun tak bertanya lainnya. Bulan berganti. Desember hanya tinggal di depan mata. Waktu kepulanganku ke benua kami tinggal menghitung hari. Masih tak kuberi kabar dia kalau aku akan pulang. Namun aku terus ikuti kabarnya melalui media sosialnya. Sampai aku pastikan dia akan datang pula dalam seminar itu. Akan kukejutkan dia dengan tiba-tiba datang tanpa memberinya kabar dulu. Kira-kira bagaimana ya responnya. Aku membeayangkan betapa terkejutnya dia jika bertemu denganku.Â
Tapi bagaimana kalau dia tidak datang sendiri? Bagaimana kalau dia datang bersama seorang pria? Sejauh yang kulihat di media sosialnya, ku hanya melihat postingan puisi maupun karya cerpennya yang bertemakan cinta. Tak pernah kulihat dia posting foto dia bersama pria. Tak sekalipun. Itu yang membuatku merasa nyaman dan aman.Â
Sabtu depan seminar itu, tepat pukul 9 pagi. Sementara aku pulang ke negaraku, benua tempat kami tinggal pada hari kamis. Jadi masih ada hari Jumat untuk kuhabiskan bersama keluargaku. Taka ada foto atau berita apapun kutuliskan di media sosialku. Ini menjadi rahasiaku saja. Kalau sampai semua tahu aku datang, akan banyak yang minta janjian ketemu. Liburanku hanya dua minggu. Tak akan cukup menemui semua teman. Jika satu kutemui, yang tidak kutemui bisa menganggap aku sombong. Serba salah aku. Maka sebaiknya tak kutemui saja semua. Aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk bersama keluarga.Â
Aku ingat, kalau dia datang seminar, meski tak ada teman, selama temanya dia suka dia pasti akan ada di sana. Aku akan bawakan dia apa ya. Sebagai hadiah setelah 10 tahun tak bertemu. Buku sajakah? Dia pengemar berat buku. Dia juga penggemar berat bunga. Dia sering bilang ingin mengunjungi salah satu negara di benua aku tinggal. Hanya karena ada taman bunga yang disebut surganya benua tempatku bekerja dan belajar kini.Â