Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bagiku, Itu Bukan Sekadar Alunan Nada

19 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:31 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Bunga Begonia. Photo by Ari

Sejak saat itu, satu minggu tak kunjung kutemui dia. Ada rindu tiba-tiba melanda hatiku saat ini. Ada resah membuatku ingin tahu kabarnya. Tapi bagaimana? Aku hanya tahu namanya Laras, itupun dari Dika. Siapakah Laras? Aku tidak cukup berani untuk mencari tahu dengan berbincang lama. Mungkin nanti bila waktunya tiba. 

Namun, mengapa dia menghilang. Satu Minggu ini berlalu dan aku tak melihat dia. Tak sanggup kubendung resahku dan kuceritakan pada adik sepupuku, Dika. Aku tak pernah sebut nama padanya. Hanya mengisahkan hati yang sepertinya mulai tertambat rasa pada gadis pencinta buku. 

"Kak Anthony, aku akan membantumu. Aku akan membeli tiket konser musik klasik untuk kalian berdua. Tapi, kau harus datang. Tidak ada alasan tidak datang. Gunakan kesempatan sebaik mungkin. Paham?" Gaya bicara Dika sudah seperti dia ini ayahku saja. Padahal usianya 2 tahun lebih muda dariku. 

Dika menepati janjinya. Dika mengajak bertemu dia, teman kampusnya dulu. Laras. Aku ada di taman yang sama saat mereka bertemu. Dan saat Dika pergi, kembali kulantunkan tembang Serenade dari biolaku. Benar dugaanku. Dia menujuku. Saat kubuka mataku, kulihat dia. Dia memberitahuku kalau namanya Laras. Maka kuberitahukan pula bahwa aku Anthony di pemain biola. Itu saja dan sudah. 

Debar jantungku mengencang saat tahu bahwa wanita pujaanku itu benar Laras, si kutu buku. Dan besok malam kami akan melihat konser musik klasik bersama. Sesuai saran Dika. Aku masih bingung bagaimana mengatakan bahagiaku. Kita lihat saja besok. 

Aku menuju taman untuk menjemput Laras yang awalnya kecewa karena tahu Dika tak bisa datang. Tapi keterkejutan di wajah Laras melihat aku datang membuatku bingung harus bagaimana. Dan kami akhirnya hanya saling fiam dalam perjalanan menuju tempat konzer musik itu. 

Laras menikmati semua musik yang disajikan. Diluar dugaan kami, musik penutup adalah Serenade gubahan komposer kesukaannya. Franz Schubert. Entah apa yang dipikirkannya. Kulihat tetesan air mata menggenang dan akhirnya mengalir membasahi pipinya. 

Tak bisa kutahan rasa sedih dan kagetku. Spontan kuhapus air matanya dengan jemariku. Dia terdiam tak bicara pun tak melarang. Hanya seperti itu. Saat pulang pun tidak banyak kata dia bilang. Meski kukisahkan mengapa kusuka musik Serenade itu, namun dia tetap tak mau meberi tahu mengapa dia pun suka lagu itu. Baiklah tak akan ku paksa. Ini pertama baginya pergi bersamaku. 

Kuakhiri pertemuan kami dengan kalimat "Aku akan ada di taman itu setiap senja tiba menunggumu dengan musik itu" meski tak ada jawabnya, entah mengapa kuyakini dia akan datang di setiap senjaku.

Lantunan musik Serenade Franz Schubert jadi lebih bermakna. Bagiku, itu bukan sekedar alunan nada, namun itu rasa cintaku pada Laras.

Pulang ke rumah dan kudengarkan musik lembut Michael Learns To Rock, yang berjudul Blue Night. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun