"Kau tahu dari mana lagu itu?" Tanyaku tajam. "Sa-saya mendengarkan tanpa sengaja seseoang di belakang saya menyanyikan lagu itu sambil bermain gitar. Saya suka lagunya meski hanya sebait yang saya hafal. Kenapa pak Rian?"
Kali ini Sekar yang terkejut. "Di mana kau dengar lagu itu dinyanyikan?" Tanyaku lagi lebih penasaran.Â
"Di taman bunga dekat rumah saya. Kalau malam minggu saya suka duduk-duduk di taman. Karena saya suka bunga dan bisa menginspirasi saya berpuisi. Tapi waktu itu, ada orang bermain gitar di belakang saya. Tapi saya sama sekali tidak bermaksud menguping. Saya memang dengarkan begitu saja." Jawab Sekar dengan jujur.Â
"Apa kau tahu siapa orang itu?" Tanyaku lagi. Sekar hanya menggeleng. Ada desah nafas lega dariku. Lalu aku kembali mengemudikan mobilku. Tanpa bicara lagi. Dan entah mengapa aku tak menanyakan ke Sekar arah tempat tinggalnya. Aku tahu taman bunga yang dimaksud Sekar. Jadi arah mobilku ke sana. Rumah Sekar ternyata searah dengan tempat tinggalku.Â
"Di depan taman itu belok kiri pak Rian. Rumah ke dua di pinggir jalan itu rumah saya." Sekar memberitahu runahnya saat sudah dekat. Aku pun melajukan mobilku dengan hati berdebar semakin keras. Apakah Sekar merasakannya? Aku tak tahu.
Aku menghentikan mobil tepat di depan rumah Sekar. Dari luar nampak halaman rumahnya penuh dengan aneka bunga dan memang sebagian besar adalah bunga seruni.Â
"Terimakasih pak Rian, saya senang Anda mau mengantar saya pulang" Sekar membuka pintu mobil. Aku ikut keluar memsatikan dia masuk rumah dengan aman. Sejenak menikmati suasana indah halaman depan rumah Sekar yang penuh dengan bunga.Â
"Terimakasih untuk makan siang dan makan malam tadi" aku berusaha menahan hati ini agar tak sampai melompat. Mendapati Sekar si pemuisi yang kukagumi itu ternyata mentukai lagu ciptaanku, tinggal tak jauh dari rumahku, dan memperhatikanku. Bahkan tanpa kami sadari, kami sudah bertemu di taman bunga itu di suatu malam minggu. Dua bulan lalu. Tanpa kata aku berlalu meninggalkan Sekar. Belum waktunya aku memberitahu dia siapa pencipta lagu kesukaannya itu.Â
Semoga nanti ada waktunya lagi yang lebih tepat kami berbincang tentang laguku, puisinya dan mungkin rasa itu.
"Selamat istirahat pak Rian" seru Sekar sebelum aku masuk ke dalam mobilku untuk melaju pulang. Aku hanya membalasnya dengan senyum. Dalam hatiku kukatakan, mimpi indah sekar.
Pemusik dan pemuisi itu ternyata telah bertemu di sebuah taman bunga.Â