Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemuisi dan Pemusik itu Bertemu di Taman Bunga

11 Oktober 2019   19:48 Diperbarui: 3 Oktober 2021   01:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal lirik lagu yang kucipta mendadak melintas di kepalaku. Hanya berteman gitar kesayanganku, kucoba rangkaikan nada-nada menjadi sebuah lagu rindu. Iya rindu kamu yang namnay tak ku tahu.

Selesai makan, kembali ku kerjakan semua sisa tugas yang menanti. Beberapa hasil kerja timku sudah masuk untuk kutindak lanjuti. Tapi mengapa Sekar tak juga memberikan laporan bagiannya. Apakah dia ada kesulitan? Mengapa tak datang untuk bertanya. Atau tadi siang dia bermaksud bertanya tapi takit melihat reaksiku? Kenapa aku jadi berpikir macam-macam begini. Ada apa denganku? 

Kupikir, cepat juga pekerjaan ini jika dikerjakan bersama. Lebih cepat dibandingkan bayanganku. Aku pikir hanya bisa selesai dalam 1 Minggu. Tapi ini lebih setengah hari sudah hampir selesai. Memang harus ku akui timku luar biasa. Sebagai ketua tim, patut banggalah aku.

Menjelang sore pukul 5, laporan-laporan terakhir sudah mulai masuk. Semua menumpuk di mejaku. Tapi tak juga kutemui laporan dari Sekar. Beberapa rekan kerja dalam timku sekalian pamit pulang setelah menyerahkan laporan bagian mereka. Sebagian besar sudah selesai. 

Ada sedikit resah. Aku berdiri meninggalkan ruanganku menuju ruang kerja Sekar. Tepat pukul 5 sore. Waktunya para karyawan boleh pulang. Tapi ruangannya sudah kosong. Tidak ada tanda-tanda pemilik ruangan. Apakah dia sudah pulang dan tidak memberi kabar laporannya. Mengapa begitu. Aku masih terdiam keheranan. 

 "Pak Rian...Anda di sini?" Seru sebuah suara yang sangat kukenali. Itu suara Sekar. Ternyata dia belum pulang. "Maaf, saya baru selesai mengerjakan laporan saya. Dan akan segera menyerahkannya ke ruangan pak Rian." 

Segera, terburu-buru, Sekar menyerahkan file laporan bagiannya. Dia memang mendapat tugas yang termudah. Sengaja kupilihkan begitu namun tetap saja ternyata lama baru selesai. Bisa dimaklumi karena dia staf baru. Tapi tanpa satu tanya dia berikan padaku. Berarti dia berusaha selesaikan sendiri.

"Apa ada kesulitan?" Tanyaku sambil menerima berkas-berkas dari tangan Sekar. " Tadi sempat ada, tapi saya sudah bisa tangani." Jawab Sekar mantap dan penuh percaya diri. Yakin kalau pekerjaannya benar. 

"Ok." Jawabanku singkat seperti biasanya. "Kau sudah boleh pulang Sekar." Lanjutku sambil keluar ruangan kerjanya. Tanpa kutunggu jawaban Sekar, akupun pergi begitu saja.

Kuperiksa ulang pekerjaan Sekar sekilas. Kaget juga kagum. Lagi-lagi pekerjaannya rapi dan benar. Hanya sedikit koreksi saja kuberikan. Anak ini cepat sekali belajar. Pikirku. 

Jam berdentang 7 kali pertanda waktu makan malam. Tapi pekerjaanku masih belum juga selesai. Hanya tinggal sedikit lagi. Kuselesaikan dengan cepat. Tak mau lagi aku menunda. Harus selesai malam ini, di sini dan aku bisa pulang, tidur. Lembur lagi di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun