Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berkebun Menjadi Pilihan Saya dalam Upaya Menjaga Kualitas Udara

5 Agustus 2019   23:01 Diperbarui: 5 Agustus 2019   23:57 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta. Dokumen Pribadi. Photo by Ari

"Udara cerah, berlangit biru
Ingin aku bersenang-senang bersamamu
Bernyanyi-nyanyi dan menari
Di alam bebas dan segar seperti ini"

Sepenggal lagu anak-anak di atas adakah yang pernah dengar? Lagu ini penuh kenangan untuk saya dan murid-murid yang pernah belajar bersama saya. Waktu itu saya masih mengajar di kota Pamulang. Sekolah tempat saya mengajar, mendapat jadwal tampil di TV. Nama stasiun TVnya adalah DAAI TV. 

Mengajari anak-anak hapal teks lagunya lebih mudah. Tapi ada tantangan tersendiri saat menyeimbangkan dengan gerakan menari sederhana. Kenangan manis bersama mereka.

Mari kita bernyanyi sejenak lagu ini. Bagi yang belum tahu lagunya, bisa simak di link berikut ya 


Lagu yang berjudul "Hati Gembira" diciptakan oleh bapak AT Mahmud ini menjadi penuh kenangan bagi saya. Setiap kali mendengar lagu ini, saya teringat murid-murid kecil saya di Pamulang. Bukan hanya itu, kenangan saat mengajari mereka gerakan menari-nari dan bernyanyi, mirip dengan gerakan anak di video you tube di atas.

Perhatikan bagian bait keduanya.

"Tralalalala Hati Sukacita
Tralalalala Hati Gembira
Tralalala Hati Sukacita
Tralalala Hati Gembira"

Betapa indahnya dunia anak-anak yang diliputi udara segar. Mereka bebas bernyayi dengan sukacita, menari dengan gembira. Kegirangan yang tiada terkira saat bertemu alam yang masih ramah pada mereka. 

Kenyataannya saat ini membuat miris, terutama bagi anak-anak yang tinggal di kota besar. Apakah udara cerah berlangit biru itu masih ada? Ataukah udara menjadi mendung kelabu tertutup asap kendaraan bermotor? Warna biru langit memudar menjadi kelabu? Lalu bagaimana mereka akan menghayati lagu ini? Perlukan pergi ke desa saja yang masih bisa menikmati alam? 

Jakarta. Dokumen Pribadi. Photo by Ari
Jakarta. Dokumen Pribadi. Photo by Ari
Saya masih ingat saat tinggal sekitar 1 tahun di Pamulang. Udara kotornya membuat saya sampai sakit. Pencemaran udara saat itu benar-benar melampaui batas kesehatan saya.

Batuk-batuk karena polusi udara itu sudah sering menyapa. Meski di pinggiran bagian dalam kota Pamulang masih ada juga banyak perkebunan anggrek sebagai penyeimbang, pemberi sumbangsih udara segar.

Saya yang hanya tinggal 1 tahun saja meninggalkan kenangan buruk berkaitan dengan polusi udara. 

Kota Jakarta. Photo by Ari
Kota Jakarta. Photo by Ari
Begitu juga dengan kota tercinta kebanggaan bangsa. Ibukota negara kita, iya benar, DKI Jakarta. Saya sering sekali mengunjungi Jakarta. Dalam 1 bulan paling tidak satu sampai dua kali mengunjunginya. Tak bisa dipungkiri, pencemaran udara di kota Jakarta memang sudah tinggi. 

Pohon bunga tabebuya kuning sedang mekar di Jakarta. Photo by Ari
Pohon bunga tabebuya kuning sedang mekar di Jakarta. Photo by Ari
Sebagai pengguna setia transportasi umum dan trotoar yang sudah mulai ramah bagi pejalan kaki, saya juga menghirup udara Jakarta yang sudah terpolusi. Memang ada banyak pohon-pohon yang di tanam di pembatas jalan raya. Pun juga di beberapa tempat di tepian jalan raya. Tapi apakah jumlahnya area hijaunya sudah sebanding dengan luas kota Jakarta yang selalu padat kendaraan bermotor. 

Pepohanan dan tanaman di halaman rumah. Photo by Ari
Pepohanan dan tanaman di halaman rumah. Photo by Ari
Lalu, apa sebaiknya langkah kongkrit untuk membantu meringankan beban udara atas polusi yang tercipta? Apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara? 

Saya akan membagikan kisah saya sehari-hari saja yang sudah saya lakukan. Di Kampung, rumah saya penuh dengan tanaman bunga. Bahkan saya pernah menuliskan kisah berkebun bunga di halaman depan rumah. Selain menanam bunga, saya pun menanam sayuran, yang bisa dimanfaatkan. Tak lupa juga ada pohon buah yang tumbuh subur di halaman rumah. Semua kisah itu sudah pernah menjadi artikel di Kompasiana. 

Aneka tanaman di halaman rumah di kampung. Photo by Ari
Aneka tanaman di halaman rumah di kampung. Photo by Ari
Silakan Anda baca pada link yang akan saya cantumkan pada akhir artikel saya.

Bukan hanya berkebun di kampung yang luas halaman depan dan belakang. Saya juga menanam aneka tanaman di tempat kos saya. Tidak ada halaman luas seperti di rumah. Hanya ada balkon depan kamar kos saya yang tidak terlalu luas. Namun saya tidak menjadikan itu alasan. Tiga tahun sudah saya berkebun di balkon. Ini memasuki tahun ke 4. 

Berkebun di balkon kamar kos. Photo by Ari
Berkebun di balkon kamar kos. Photo by Ari
Apakah yang saya lakukan tidak berarti karena hanya berkebun di balkon dengan bebeberapa pot tanaman saja? Jika saya saja yang melakukannya, tentu tidak terlalu berarti jika dibandingkan luas kota yang saya tinggali. Tapi seandainya tiap orang penghuni di setiap rumah melakukan hal ini, maka akan jauh lebih banyak ruang hijau yang dibentuk. 

Koleksin tanaman yang saya rawat dan sebagian sudah dibagikan. Photo by Ari
Koleksin tanaman yang saya rawat dan sebagian sudah dibagikan. Photo by Ari
Jika kita selalu berpikir hanya sedikit saja, tidak terlalu bermanfaat, lalu apakah itu akan menolong mengurangi pencemaran udara? Mulailah dari diri kita sendiri. Ciptakan ruang hijau di area tempat kita tinggal. Lalu sebarkan semangat ini pada minimal satu orang kenalan Anda. Maka gerakan peduli lingkungan akan berjalan baik mulai dari tempat tinggal Anda. 

Mari cintai bumi tempat kita hidup dengan cara merawatnya. Selama 3 tahun berkebun di balkon, saya sudah membagikan lebih dari 10 pot tanaman ke teman-teman yang saya kenal. Mulai dari beberapa rekan guru, teman, dan juga murid-murid saya. 

Photo koleksi biji saya. Photo by Ari
Photo koleksi biji saya. Photo by Ari
Saya juga gemar sekali mengumpulkan biji bunga dan siap saya bagikan pada yang memintanya. Tentu saja untuk kemudian ditanam. Langkah-langkah yang saya lakukan ini sepertinya kecil dan biasa saja. Tapi jika serentak dilakukan bersama, hal yang kecil ini akan menjadi gerakan besar peduli bumi. Semakin banyaknya ruang hijau akan memberikan sumbangsih udara segar yang memadai. Polutan yang bertebaran di udara akan diserap oleh tumbuhan yang kita tanam. Kita hanya perlu memulai menanam tumbuham di pekarangan rumah kita. 

Hijaunya halaman depan rumah. Photo by Ari
Hijaunya halaman depan rumah. Photo by Ari
Apakah Anda setuju ikut gerakan cinta bumi ini? Gerakan menanam tanaman di tempat tinggal Anda? Mari bersama bahu membahu mengatasi pencemaran udara di tempat kita tinggal. Mari peduli lingkungan. Mari beri teladan baik bagi anak cucu kita untuk bisa merawat bumi. Jangan sampai anak cucu kita bertanya, apa itu pohon? Karena pohon sudah musnah di masa hidup mereka. Jangan sampai terjadi punahnya pepohonan dan tumbuhan. Mari lestarikan alam.

....

Link tulisan saya tema berkebun:

1.  2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

...

Setidaknya sudah ada 11 artikel yang saya tulis tentang berkebun. Itu yang saya ingat. Silakan dibaca-baca ya.

....

Written by Ari Budiyanti

5 Agustus 2019

Foto Penulis di halaman rumah teman di Surabaya. Dokumen pribadi
Foto Penulis di halaman rumah teman di Surabaya. Dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun