Tersentak aku ketika setangkai bunga lotus merah muda tiba-tiba muncul di depanku. Angga rupanya sudah ada di belakangku dan membawa setangkai lotus pink.Â
"Harus cerita. Susah payah aku mendapatkan bunga ini. Hampir aku terjebur kolam tadi." Katanya dengan mimik yang dibuat serius.Â
Aku menahan tawa. Menerima lotus cantik dari Angga. "Aku mau bunganya tapi ga mau cerita. Titik"
Secepat aku bisa, mengambil bunga dari tangan Angga. Dan Angga kalah cepqt dariku untuk mempertahankan bunga itu dari genggamannya. Mungkin dia hanya menagalah untuk membuatku senang.
"Ah, kau kan masih saja sama. Menerima bunga, dan nanti juga cerita. Lihat saja" Angga duduk di sebelahku. Aku tersenyum tapi tetap diam.Â
Senja menggelayut dan kami berdua terduduk dalam diam tanpa kata. Angga sibuk mencabuti rumput dekat dia duduk karena merasa tak ada kerjaan.Â
"Angga, apa kau pernah merindukan seseroang dengan amat sangat?"Â
Berhenti mencabut rumput dan menatapku. "Tak pernah. Yang bisa membuatku rindu selalu ada di dekatku, jadi aku tak pernah rindu" kata Annga enteng.
Aku tahu maksud Angga namun tak ingin memperpanjang dengan membahasnya. Percuma cerita pada Angga yang tak.pernah merindukan seseorang. Bagaimana dia bisa membayangkan perasaan yang menderaku. Kembali hanya suara gemerisik dedaunan di pepohonan yang tertiup angin.
"Pulang yuk, sudah sore, bentar lagi gelap" Angga berdiri mengulurkan tangannya mengajakku berdiri juga. Tapi aku memilih berdiri sendiri tanpa mwnerima bantuan tangannya. Itu sering kulakukan dan Angga tak peduli, dia selalu mengulurkan tangannya meski tak pernah ku terima. Dan seperti biasanya, aku akan berjalan cepat mendahului Angga.Â
Angga juga biasanya membiarkan langkahku di depannya. Dia tak pernah berusaha menyusulku. Mengawasiku dari belakang seolah ingin memastikan aku aman. Itu yang selalu dia lakukan sejak masa kecil kami.