Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Ceroboh dan Si Kutu Buku (di Sekolah)

20 Juni 2019   16:36 Diperbarui: 13 Oktober 2021   15:52 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Awas!!!"

Dodi menarik keras tangan adiknya sehingga seluruh badan Ratri mundur ke belakang, urung menyeberang jalan. Dan dalam hitungan detik, sepeda motor melintas kencang di hadapan Ratri. Iya, nyaris. 

Ratri terkejut, kaget luar biasa. Sungguh tak sadar saat kaki menjejak jalan raya hendak menyeberang ke sekolah, dia tak melihat kanan kiri, langsung jalan. 

Untung ada kakaknya, Dodi yang memgawasinya. 

"Kau ini bagaimana sih, ini di jalan raya, fokuslah kalau berjalan. Mas Dodi kan ga bisa mengawasimu terus, Ratri!"

Ratri menatap kakaknya "Maaf mas Dodi, Ratri melamun" kata Ratri menyesal.

"Emang melamun apa? Kau ini...." tak sampai hati Dodi melanjutkan kata-katanya. Ini di jalan raya, dia sudah lihat gelagat Ratri yang hampir banjir air mata. 

(Ah tuhkan mau nangis lagi, anak ini cengeng amat sih) pikir Dodi kesal.

"Sini" Dodi menggandeng tangan adiknya, lalu menyeberang bersama. Tumben sekali pagi ini pak satpam tidak terlihat di depan sekolah. Biasanya kan adq pak satpam yang siap menyeberangkan anak-anak sekolah. 

Ratri berjalan di belakang Dodi, "Mas Dodi, terimakasih" bisik Ratri lirih. 

"Iya, lain kali tak boleh melamun saat jalan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun