Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Ceroboh dan Si Kutu Buku (Keduanya Dicintai karena Istimewa)

19 Juni 2019   23:08 Diperbarui: 12 Oktober 2021   21:43 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayah, apakah ada berkas-berkas penting di map kertas paling atas? Tadi sempat berantakan" Dodi bertanya pelan dengan sedikit cemas. Karena dia khawatir itu berkas-berkas pekerjaan Ayah. 

"Itu, kertas-kertas berisi artikel-artikel tulisan Ayah. Tidak apa," kata Ayah dengan suara dikeraskan. Tidak ada nada kesal. Ayah seolah sangat memahami tabiat putri kesayangannya, Ratri.

Pintu kamar terbuka, Ratri mendengar suara Ayah yang dikeraskan bagian tidak apa. "Maaf Ayah, Ratri tidak sengaja"

Ibu membelai rambut Ratri lembut "Apa yang tadi sedang kau pikirkan Nak?" 

Dodi hendak membuka mulut menimpali pertanyaan Ibu. Namun urung niatnya berkata-kata saat melihat gerakan telunjuk Ibu diletakkan di depan mulut Ibu. Tandanya dia tak boleh bicara. 

"Ratri, menghilangkan buku perpustakaan yang Ratri pinjam seminggu lalu, besok batas akhir mengembalikan, kalau tidak, kena denda"

Ayah menatap Ratri, "buku apa? Kapan terakhir kau membacanya?" Masih berlanjut menyeruput teh manis buatan Ibu.

"Judul bukunya: Ketika Bunga Bicara" 

Jawab Ratri singkat. "Bukunya warna kuning putih ada gambar bunga matahari. Ratri baca di ruang kerja ayah semalam, tapi pagi ini Ratri cari seharian, tidak ketemu, karena panik Ratri ga sadar menubruk meja kerja ayah. Ratri cari-cari di rak buku Ayah. Siapa tahu Ratri lupa taruh di situ, tapi tak ada"

Dodi menepuk keningnya, itu kan buku yang dibacanya tadi. Tapi kenapa Ratri tidak bilang kalau cari buku itu ya. 

"Kenapa tidak bilang kalau cari buku itu? Semalam, memang aku ambil dari meja ayah, aku pikir buku baru punya ayah, kan ada label true story"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun