Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Mudik Asyik Ala Ari, #DibikinSimpel Aja

28 Mei 2019   19:59 Diperbarui: 28 Mei 2019   20:04 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik meninggalkan kota besar. Menuju kampung halaman. Photo by Ari

Mudik.. hal yang paling saya nanti-nantikan. Sudah sejak lulus SMP saya keluar dari rumah orang tua saya di desa, untuk belajar di kota lain. Jadi sejak SMA kelas 1 saya sudah menjadi anak kos. Berat sekali berpisah dari Bapak dan Ibu untuk tinggal jauh. Iya demi ilmu yang saya kejar sampai Purwokerto. Hanya 3 jam perjalanan naik bus dari desa saya. 

Saya si anak desa setelah lulus SMA, melanjutkan studi ke Surabaya. Wah kalau ini jangan tanya berapa jam ya. Saya jarang naik bus kalau dari Surabaya. Tapi pernah teman saya mengunjungi desa saya dari Surabaya naik bus selama 23 jam saat libur lebaran. Silahkan Anda bayangkan sendiri lelahnya seperti apa. Bukan hanya itu, macetnya jalan saat mudik akan menambah derita berkepanjangan. Saya berlebihan ya? 

Waktu di Surabaya, saya biasa menggunakan jasa kereta api untuk mengantar saya pulang kampung. Kereta api jaman dulu, bukan KA jaman now yang udah tertib. Anda tak akan percaya yang saya bilang bila tidak alami sendiri. Saya bisa loh, demi mudik, berdiri sepanjang perjalanan di gerbong kereta api. Saya pernah mengalami sampai menggerakan kaki saja tak bisa. Karena sudah berdesakan dan ada kaki-kaki orang-orang yang sama tujuannya dengan saya. Iya. Mudik. Sesak dan panas. Mau bagaimana lagi demi mudik, bertemu orang tua. 

Desaku. Tempat tujuan mudik. Photo by Ari
Desaku. Tempat tujuan mudik. Photo by Ari
Nah, dengan kepadatan dan kepenatan kerja di luar kota, siapa sih yang tidak ingin mudik ke kampung halaman yang asri seperti foto di atas. Bahkan segala resiko bisa dikesampingkan demi mudik. Itu kisah masa-masa "sulit" saya berkaitan dengan mudik di masa lampau. Bukan hanya saya, banyak orang juga senasib dengan saya. Berdesak-desakan di kereta api. Demi bertemu orang-orang tercinta yang dekat di hati.

Kalau normal saja, dulu, kereta api jam 6 pagi berangkat dari Stasiun Gubeng, Surabaya, sampai desa saya bisa jam 5 sore. Nah kalau mudik lebaran naik kereta api, saya tidak terlalu ingat bisa sampai jam berapa di desa saya. Kalau dari Surabaya biasanya selalu tepat waktu berangkatnya. 

Tapi kalau sudah jalan dari kota ke kota, jaman dulu ya, kereta apinya bisa telat-telat sampai kota tujuan, itu hal yang  sudah biasa. Pernah saya nunggu sampai 2 jam belum juga tiba dari jadwal seharusnya. Gara-gara kejadian sering telat di masa lampau, saya pernah santai-santai datang terlambat ke stasiun KA. Pikir saya dari pada nunggu di stasiun, mending tunggu di rumah. Baru saja saya sampai  depan stasiun, kereta apinya sudah jalan. Saya ditinggalin begitu saja. Eh siapa yang salah ini. Iya saya yang salah, sudah berani terlambat datang ke stasiun. Tapi itu menjadi kenangan buat saya. Entahlah dikategorikan kenangan apa. Pahit atau manis? Apapun itu, saya terima saja.

Purwokerto, Surabaya, lalu lanjut ke Jakarta dan Pamulang. Kota-kota yang pernah saya tinggali dan mengaharuskan saya mudik saat liburan. Pernah juga saya mudik baik bus kota saat tinggal di Pamulang. Malah hampir tiap mudik saya naik bus kota, lebih murah dan terjangkau. Apalagi saya selalu pilih bus yang tanpa AC. Maklum saya orangnya tidak tahan dingin. Pernah satu kali saya naik bus dengan AC, saya menggigil dan rasanya sudah ingin turun bus saja. Tapi tidak mungkin karena perjalanan malam.

Di dalam bus. Photo by Ari
Di dalam bus. Photo by Ari
Saya malah berkisah tentang pengalaman mudik ya di masa lalu. Baiklah ini akan saya bagikan beberapa cara saya menikmati mudik asyik dengan kendaraan umum.

...

1. Berdoa sebelum dan sepanjang menempuh perjalanan.

Sudah menjadi kebiasaan kita untuk selalu berdoa sebelum menempuh perjalanan jauh. Juga ada baiknya terus berjaga-jaga dalam doa sepanjang perjalanan. Doakan supir dan kondekturnya jika Anda naik bus umum. Doakan masinis, kondektur dan aparat keamanan di dalam kereta jika Anda naik kereta api. Doakan juga orang-orang yang seperjalanan dengan Anda. 

2. Siapkan makanan dan minuman yang praktis dimakan secukupnya

Roti yang praktis dimakan dalam perjalanan. Photo by Ari
Roti yang praktis dimakan dalam perjalanan. Photo by Ari

Ini yang selalu saya siapkan. Jika mudik di bulan puasa, bagi Anda yang berpuasa tentu saja sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk santap sahur ataupun berbuka. Seandainya perjalanan harus menempuh jarak jauh melewati ke dua waktu tersebut. 

Pilihan buah untuk mudik. Khusus mangga, udah dikupas dan dipotong keci-kecil ya
Pilihan buah untuk mudik. Khusus mangga, udah dikupas dan dipotong keci-kecil ya
Secara umum, saya selalu menyediakan sendiri makanan yang praktis langsung makan tanpa ribet seperri roti, buah-buahan langsung kupas dan makan. Juga air minum secukupnya. Benar memang ada kalanya kitabmelihat banyak penjual makanan dan minuman sepanjang perjalanan. Tapi "in case"sampe tidak ada sama sekali penjual makanan dan minuman, kita terjebak macet parah, lapar dan haus, bagaimana dong? Iya seperti pepatah, sedia payung sebelum hujan. Ada baiknya bersiap-siap persediaan makanan dan minuman dalam perjalanan. 

3. Tampil sederhana 

Tak perlu bawa barang mahal. Photo by Ari
Tak perlu bawa barang mahal. Photo by Ari

Ini penting sekali. Jangan mengundang kejahatan dengan sengaja. Tanggalkan saja itu perhiasan yang biasa dipakai di leher, telinga dan lain-lain. Memang dimana lagi ya? Kalau acaranya perjalanan mudik naik bus atau kereta api, saya biasanya tampil sederhana sekali. (Tapi sebenernya sehari-hari juga saya juga tampil sederhana saja sih).  Sering saya juga tak ber make up. Hanya pakai celana jeans dan kaos biasa. Lalu pakai jaket tanpa kalung, gelang, atau anting. Kadang saya bawa scarf untuk jaga-jaga kalau sampai kedinginan. Oya, pastikan barang bawaan Anda selalu terjangkau pandangan mata dan tak usah banyak-banyak yang dibawa ke dalam bus.

4.Siapkan musik mengiringi perjalanan

Jaman dulu saya masih pakai walkman dan kaset. Dan dua yang selalu saya bawa, kaset lagunya Backstreet Boys album Milenium dan Black and Blue. Saking seringnya saya dengarkan, sampai hapal semua lagunya di ke dua album itu. 

Sekarang saya masih juga siapkan musik, ada lagu Backstreet Boys, Michael Learns to Rock, lagu-lagunya KLA project, Kahitna, dan lain-lain. Bedanya, sekarang saya simpansemua koleksi lagu saya di smartphone, bisa dengarkan pakai headset. Seru deh. Buat saya ya.

Buku dan headset terhubung musik di smartphone adalah kombinasi sempurna ala saya. Dokumen pribadi
Buku dan headset terhubung musik di smartphone adalah kombinasi sempurna ala saya. Dokumen pribadi
Saya juga kadang bawa buku untuk baca-baca saat perjalanan masih ditemani mentari sore. 

5. Simpan nomor-nomor penting   ujtuk keadaan darurat

Kita selalu mengharapkan perjalanan aman dan nyaman. Tapi kita tetap harus berjaga-jaga dan waspada. Siapkan nomor-nomor penting yang bisa dihubungi saat terjadi kondisi darurat. 

Berikut beberapa nomor darurat yang perlu Anda tahu.

Nomor telepon darurat di Indonesia

  • Polisi: 110
  • Ambulans: 118 dan 119.
  • Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan: 115.
  • Posko bencana alam: 129.
  • Perusahaan Listrik Negara (PLN): 123.
  • Pemadam Kebakaran: 113 atau 1131.

Coba Anda cek lagi nomor-nomor di atas. Saya dapat dari Wikipedia. Semoga berguna. 

6. Bawa uang secukupnya saja

Ini penting. Saya tahu jaman sekarang udah banyak fasilitas bayar dengan kartu hanya sekali "tap" saja, tapi untuk berjaga-jaga lagi, bawalah uang tunai. Tapi perhitungkan saja, tidak usah terlalu banyak. Uang bisa digunakan untuk keperluan mendadak. Misal, seandainya bus mogok walaupun kita berharap demikian. Harus ganti bus dan harus bayar lagi. Kita tidak pernah tahu kan. Berjaga-jaga saja. Jangan sampai kita santai-santai tanpa uang di tangan waktu butuh jadi kelimpungan. Secukupnya saja, jangan berlebihan. Karena bisa malah mengundang bencana jika uang yang dibawa terlalu banyak.

7. Perhatikan orang-orang di sekitar kita

Penting sekali memperhatikan orang yang duduk di sebelah kita, juga di sekitar kita. Bukannya mau berprasangka buruk, tapi berhati-hati lebih baik dan waspada. Saya lebih nyaman duduk di sekitar ibu-ibu kalau naik bus atau kendaraan umum. Kalau memungkinkan bisa diajak mengobrol alakadarnya untuk membangun relasi saja. Memastikan kita duduk dengan orang-orang yang aman. Saya juga suka memilih tempat duduk yang dekat dengan supir bus. 

..

Mudik meninggalkan kota besar. Menuju kampung halaman. Photo by Ari
Mudik meninggalkan kota besar. Menuju kampung halaman. Photo by Ari
Sudah ada tujuh tips dari saya untuk menikmati perjalanan mudik yang panjang. Semoga berguna bagi Anda yang mau mudik. Apakah ada yang pengalaman pertama mudik? Semoga mudik Anda menyenangkan dan penuh kisah menarik. Saya nantikan kisah mudik asyik Anda. Boleh loh tulis di kolom komentar. Ditunggu ya. Oya, kalau sudah sampai tujuan mudik dengan selamat, ingatlah untuk berdoa laginya, bersyukur sudah tiba di tujuan dengan selamat. Semoga mudik Anda menyenangkan.

Semoga mudik lancara ya perjalanannya. Photo by Ari
Semoga mudik lancara ya perjalanannya. Photo by Ari
Selamat mudik dan hati-hati di jalan

Salam hangat dari penulis yang juga akan mudik

...

Written by Ari Budiyanti

28 Mei 2019

#Samberthr

#thr2019hari23

#MudikAsyik

#DibikinSimpel

#AntiRibet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun