Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bagaimana Redakan Amarah?

26 Mei 2019   18:32 Diperbarui: 26 Mei 2019   18:47 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ayah adalah panutan bagi anak-anaknya. Teladan nyata dalam mendidik anak, adalah hal terpenting. Tidak cukup hanya dengan kata-kata nasihat. Saya masih ingat saat Bapak saya minta maaf pada saya di masa kecil. Kenangan ini sangat tajam terpatri di ingatan saya. Bagaimana tidak, seorang Bapak mau minta maaf ke anak SD (waktu itu) seperti saya. 

Memang waktu itu pertanyaan saya tergolong sangat remeh. Karena hal yang sangat sederhana dan umum saja tidak tahu. Makanya Bapak saya kaget, dan sempat mengeluarkan kata-kata yang meremehkan saya. Hanya satu kata, namun membuat saya sangat sedih. Meski saya waktu itu tidak membantah, kesedihan saya sangat dalam. Saya kan memang tidak tahu, jadi saya bertanya. Mungkin pertanyaan saya tanpa sengaja membuat Bapak saya marah dan terlempar kata-kata yang melukai. 

Mengapa ini masih terkenang? Karena menyentuh emosi terdalam. Keesokan harinya, saya ingat betul ketika Bapak saya mendekati saya dan meminta maaf atas kata-kata yang melukai saya. Seorang Bapak mau meminta maaf ke anaknya. Satu teladan kerendahan hati yang luar biasa. 

...
Amarah, adalah hal yang terkait dengan topik hari ini. Iya, Redakan amarah dan seteru. Siapakah insan di bumi ini yang tidak pernah marah sama sekali? Lalu apakah marah itu salah? Kemarahan, amarah dan marah. Apa perbedaan dari ke tiga kata tersebut? 

Kemarahan, berasal dari kata marah(bahasa Inggris: wrath, anger; bahasa Latin: ira), adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin.

Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. 

(Sumber Wikipedia)

....

Amarah menurut KBBI diartikan berikut ini

nafsu amarah:

1) dorongan batin untuk berbuat yang kurang baik, terutama marah;

2) kemarahan; panas hati;

...

Dari ketiga definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hal yang berkaitan dengan marah bisa melingkupi kemarahan maupun amarah, ternyata dapat menimbulkan efek negatif bagi diri jika tidak baik-baik dikelola. 

Perhatikanlah hal apa yang membuat Anda marah. Tidak selalu marah berarti negatif. Bila kita melihat ketidak adilan, tindakan kekerasan semena-mena pada sesama manusia, bisa saja menimbulkan rasa marah dalam diri. Atau saat melihat anak-anak baik yang masih kecil ataupun remaja bertindak tanpa memperhatikan etika moral yang baik, bisa juga membuat kita marah. 

Yang berbahaya adalah ketika amarah menguasai diri kita dan tak bisa kita kendalikan. Saya pernah mengalami luapan amarah dari beberapa orang dengan sangat besar. Aduh boleh saya bilang sangat dahsyat. Mungkin bagi Anda pembaca terasa berlebihan kata-kata saya. Tapi itu kenyataan. Ada orang-orang yang sangat tidak bisa menahan  amarah dan meluapkan begitu saja pada orang lain tanpa pikir panjang. Iya tanpa peduli apakah orang itu tepat menjadi sasaran kemarahannya. 

Ketika mengalami hal seperti ini, pertama dan paling penting saya lakukan adalah berbicara pada Tuhan dalam hati saya, iya benar dengan doa-doa saya. Saya memohon pada Tuhan agar tidak terbawa emosi kemarahan yang sama. Siapa sih orang yang tidak akan cenderung terbawa emosi saat diumpat, dimaki dengan kata-kata kasar dan nada tinggi?

Sebagai seorang pendidik, saya berusaha menahan diri saya sebisa saya. Tidak membalas umpatan dan caci maki yang ditujukan pada saya atas kesalahpahaman seseorang. Dalam kondisi begini, meski saya tidak membalas kemarahan orang tersebut dengan cara yang sama, ternyata cukup membangkitkan luka hati yang dalam. Bahkan kalau boleh dibilang saking sakit hatinya, sampai saya ingin berhenti menjadi seorang guru. Orang yang bersangkutan mungkin tidak pernah tahu efek dari luapan amarahnya yang tak terkendali pada diri seseorang.

Ada orang-orang tertentu yang sangat sensitif dan mudah terluka oleh kata-kata kasar dan nada tinggi. Dan mungkin memang banyak orang yang demikian. Betapa berbahayanya jika kita tidak bisa menguasai diri, terlebih saat amarah memuncak. Yang ada kita malah menambah seteru.

Syukur kepada Tuhan yang memberi saya banyak sahabat baik, selain medoakan saya agar kuat dan tabah, juga mampu meluruskan masalah dengan kepala dingin. Jika saya ikut-ikutan terbawa emosi dan dikuasai amarah, pasti yang ada terjadilah bencana tak henti-henti.

Tuhan juga yang menolong saya untuk ingat tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Kemarahan yang saya redam, akhirnya memberi saya pelajaran sangat penting. 

Betapa saya harus bisa mengendalikan diri. Saya harus bisa menguasai hati dari amarah agar tidak dikendalikan oleh kemarahan. Karena saya melihat efek negatif dari suatu kemarahan yang diluapkan tanpa batas. Saya belajar bagaimana bersikap pada orang lain terutama pada anak-anak didik saya. Agar saya tidak semudah itu meluapkan amarah pada mereka. Iya, hanya Tuhan saja yang memampukan saya mengendalikan amarah. 

Dalam beberapa hal, ini ada tips dari saya saat mengendalikan amarah yang memuncak dan bagaimana bersikap pada orang yang membuat kita marah. 

1. Berdoalah dalam hati agar Tuhan menolong mengendalikan amarah kita

2. Merendahkan hati memaafkan meski tidak ada yang meminta maaf

3. Mencari solusi dengan hati tenang dan kepala dingin untuk menyelesaikan masalah

4. Memulai mengajak berbaikan saat hati orang yang marah pada kita sudah tenang

5. Menjaga relasi tetap baik sebisa mungkin jika itu tergantung pada kita

...

Kelima tips dari saya mungkin bisa berguna untuk Anda. Namun, bisa juga tidak sesuai dalam beberapa masalah yang Anda hadapi. Saya paham dan memakluminya. Karena jenis masalah yang dihadapi berbeda maka solusi pun berbeda. Saya hanya membagikan sebagian cara yang pernah saya lakukan dan berhasil baik untuk masalah saya. Iya, saya juga belajar dari teladan almarhum Bapak saya, yang mau meminta maaf pada anaknya saat tanpa sengaja mengucapkan kata-kata yang melukai. Kerendahan hati memulihkan relasi. 

...

Terakhir dan tak kalah penting, sebisa mungkin hiduplah dalam damai seorang dengan yang lain jika itu bergantung pada kita. Marilah kita meredakan amarah dan seteru untuk kunci "memenangkan" kehidupan kita. 

...

Salam hangat dan salam damai

Written by Ari Budiyanti

26 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun