Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bagaimana Redakan Amarah?

26 Mei 2019   18:32 Diperbarui: 26 Mei 2019   18:47 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2) kemarahan; panas hati;

...

Dari ketiga definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hal yang berkaitan dengan marah bisa melingkupi kemarahan maupun amarah, ternyata dapat menimbulkan efek negatif bagi diri jika tidak baik-baik dikelola. 

Perhatikanlah hal apa yang membuat Anda marah. Tidak selalu marah berarti negatif. Bila kita melihat ketidak adilan, tindakan kekerasan semena-mena pada sesama manusia, bisa saja menimbulkan rasa marah dalam diri. Atau saat melihat anak-anak baik yang masih kecil ataupun remaja bertindak tanpa memperhatikan etika moral yang baik, bisa juga membuat kita marah. 

Yang berbahaya adalah ketika amarah menguasai diri kita dan tak bisa kita kendalikan. Saya pernah mengalami luapan amarah dari beberapa orang dengan sangat besar. Aduh boleh saya bilang sangat dahsyat. Mungkin bagi Anda pembaca terasa berlebihan kata-kata saya. Tapi itu kenyataan. Ada orang-orang yang sangat tidak bisa menahan  amarah dan meluapkan begitu saja pada orang lain tanpa pikir panjang. Iya tanpa peduli apakah orang itu tepat menjadi sasaran kemarahannya. 

Ketika mengalami hal seperti ini, pertama dan paling penting saya lakukan adalah berbicara pada Tuhan dalam hati saya, iya benar dengan doa-doa saya. Saya memohon pada Tuhan agar tidak terbawa emosi kemarahan yang sama. Siapa sih orang yang tidak akan cenderung terbawa emosi saat diumpat, dimaki dengan kata-kata kasar dan nada tinggi?

Sebagai seorang pendidik, saya berusaha menahan diri saya sebisa saya. Tidak membalas umpatan dan caci maki yang ditujukan pada saya atas kesalahpahaman seseorang. Dalam kondisi begini, meski saya tidak membalas kemarahan orang tersebut dengan cara yang sama, ternyata cukup membangkitkan luka hati yang dalam. Bahkan kalau boleh dibilang saking sakit hatinya, sampai saya ingin berhenti menjadi seorang guru. Orang yang bersangkutan mungkin tidak pernah tahu efek dari luapan amarahnya yang tak terkendali pada diri seseorang.

Ada orang-orang tertentu yang sangat sensitif dan mudah terluka oleh kata-kata kasar dan nada tinggi. Dan mungkin memang banyak orang yang demikian. Betapa berbahayanya jika kita tidak bisa menguasai diri, terlebih saat amarah memuncak. Yang ada kita malah menambah seteru.

Syukur kepada Tuhan yang memberi saya banyak sahabat baik, selain medoakan saya agar kuat dan tabah, juga mampu meluruskan masalah dengan kepala dingin. Jika saya ikut-ikutan terbawa emosi dan dikuasai amarah, pasti yang ada terjadilah bencana tak henti-henti.

Tuhan juga yang menolong saya untuk ingat tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Kemarahan yang saya redam, akhirnya memberi saya pelajaran sangat penting. 

Betapa saya harus bisa mengendalikan diri. Saya harus bisa menguasai hati dari amarah agar tidak dikendalikan oleh kemarahan. Karena saya melihat efek negatif dari suatu kemarahan yang diluapkan tanpa batas. Saya belajar bagaimana bersikap pada orang lain terutama pada anak-anak didik saya. Agar saya tidak semudah itu meluapkan amarah pada mereka. Iya, hanya Tuhan saja yang memampukan saya mengendalikan amarah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun