"Lia.."
Panggil Fitri dari kejauhan. Dengan enggan, Dahlia menghentikan langkahnya. Dia sangat mengenali suara sahabat dekatnya sejak masa bayi. Hanya saja, entah mengapa, rasanya hari ini enggan sekali bertemu manusia. Bahkan sahabat sendiri.Â
Iya sejak bayi mereka bersahabat, karena orang tua Dahlia dan Fitri juga bersahabat. Selain itu, rumah mereka bersebelahan.Â
Sebentar saja Fitri sudah berada di sebelah Dahlia dengan wajah cerianya.Â
"Kenapa lemas begitu?" Tanya Fitri terkejut melihat raut wajah sahabatnya. Karena memang dari tadi, Dahlia tidak menengok ke arahnya. Fitri hanya melihat Dahlia menghentikan menunggunya. Ada yang dipikirkan serius oleh Dahlia, pikir Fitri.
"Tak apa. Aku sedang tak ingin bercerita. Aku hanya ingin membenamkan sejenak kepalaku di tumpukan buku itu." Kata Dahlia sambil menunjuk perpustakaan yang sudah di depan mata.Â
Fitri berpikir sejenak, malas sekali menghabiskan pagi cerah ini di perpustakaan. Mendingan pergi ke taman bunga di seberang perpustakaan. Tapi melihat wajah Dahlia yang tidak bersemangat, membuat Fitri penasaran. Siapa tahu, nanti Dahlia mau curhat. Akhirnya dia mengangguk.Â
"Iya aku ikut ya, mau coba cari buku tentang bunga brunai. Ada atau tidak ya di perpustakaan?". Jawaban Fitri membuat Dahlia terkejut, padahal dia berharap sobatnya ini menolak ajakannya. Tapi ya sudahlah.
"Selamat pagi Dahlia dan Fitri. Senang melihat kalian berdua datang pagi ini. Pengunjung perpustakaan pertama." Sambut bu Wina.
Dahlia memberi senyuman yang dipaksakan dan menganggukan kepala. "Selamat pagi bu Wina." Sementara Fitri langsung mengajak ngobrol bu Wina, "Selamat pagi bu Wina, Apakah ada buku tentang tanaman bunga Euphorbia bu Wina, saya mau pinjam."
Dahlia, berbisik ke Fitri, "aku duduk di sana ya" sambil menunjuk sepasang bangku favorit di tepi jendela dengan pemandangan taman bunga di belakang perpustakaan.Â
Fitri mengangguk. Lalu kembali bercakap-cakap dengan bu Wina. Sesaat mereka sudah berjalan mengelilingi beberapa rak buku untuk menemukan buku yang dicari Fitri. "Mau berkebun bunga brunai?" Tanya bu Wina pada Fitri. Menurutnya, ini kejutan karena Fitri mau datang ke perpustakaan apalagi sampai pinjam buku.
Sebentar saja Fitri sudah duduk di depan Dahlia. Melihat sahabatnya sibuk menulis, Fitri diam saja, lalu berusaha menikmati buku tentang bunga Euphorbia. Tepatnya hanya menikmati foto-foto bunga di dalam buku dan membaca keterangan-keterangan singkat saja.Â
Satu jam sudah mereka duduk di perpustakaan tanpa berbincang. Sesekali Fitri melirik Dahlia yang masih sibuk menulis di laptop merah  kesayangannya.Â
"Fit, kamu bosan ya. Udah 1 jam di sini dan buku itu hanya dilihat gambar-gambarnya saja dari tadi." Fitri kaget, sahabatnya ini meski konsentrasi menulis, ternyata memperhatikannya juga.Â
"Eh, aku baca koq, keterangan-keterangan gambarnya. Ini aku mau pinjam bukunya, ntar kubaca di rumah aja bacaan-bacaan panjangnya." Kata Fitri berusaha mengelak. "Yuk turun, kita ke taman bunga aja" kata Dahlia.
Asyik, batin Fitri. Meski sedang nampak tidak bersemangat, Dahlia masih memperhatikan kesenangan sahabatnya, Fitri. Mengunjungi taman bunga di belakang perpustakaan. Mereka berdua beranjak dari kursi depan jendela kaca. Setelah Dahlia, selesai membereskan laptopnya, dia menemani Fitri meminjam buku ke bu Wina.Â
"Apa yang kau pikirkan?" Sedari tadi Fitri menahan diri, akhirnya tak tahan juga untuk bertanya. Dahlia menatap sahabatnya, berpikir antara beritahu atau tidak. "Kalau ingin menyimpannya sendiri, ya tidak apa. Tapi kalau mau bercerita, kedua telingaku siap dengarkan". Fitri menangkap gelagat sahabatnya itu.
"Lebaran ini, papa tidak pulang lagi. Masih banyak turis yang mau berkunjung saat lebaran. Katanya kalau musim liburan, dapat uangnya bisa dobel. Karena banyak orang yang tidak mau ambil kesempatan itu. Mereka lebih memilih lebaran bersama keluarganya daripada bekerja. Kan itu musim libur buat anak-anak sekolah. Waktunya berkumpul bersama keluarga"
Dahlia menahan isaknya. Sedih mengingat lebaran kali ini pun harus dilewati tanpa papanya. Mama memang menghiburnya, "Kan masih ada kesempatan lain bersama papa, tidak harus saat lebaran, sabar ya Dahlia." Kata mama Dahlia kemarin malam setelah menerima telepon dari papanya yang masih mengantar turis berkeliling pulau Bali.
"Oh." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Fitri. Tak bisa menghibur sahabatnya. Tak tega menceritakan kabar gembira kalau keluarganya akan berlibur bersama ke Jogjakarta untuk merayakan hari raya Idul Fitri di sana. Tadinya ia ingin berbagi cerita bahagia ini dengan sahabatnya. Tapi dia menahan niatnya. Dia tahu, saatnya tidak tepat.
"Bagaimana denganmu? Apa rencana liburanmu bersama keluargamu?" Dahlia bertanya pada Fitri, ingin mengalihkan pembicaraan. Fitri jadi diam, bingung mau cerita apa. Dia sudah punya rencana penuh kebahagiaan dengan keluarganya saat lebaran nanti. Tapi, apa iya pantas diceritakan sekarang? Gundah hatinya.
"Emm, biasa. Kami lebaran kali ini memang ada rencana bepergian lagi. Tapi belum diputuskan mau ke mana" kata Fitri. Memang sih keluarganya sudah membahas akan pergi ke Jogja, tapi belum diputuskan karena masih menunggu persetujuan keluarga paman yang katanya akan berkunjung ke rumah.Â
Dahlia hanya tersenyum. Tak terasa sudah hampir satu jam mereka duduk-duduk di taman sambil berbincang. Fitri berusaha menghibur sahabatnya dengan menceritakan beberapa kisah lucu, namun kesedihan hati Dahlia rupanya sangat dalam, dia hanya tersenyum kecil saja menananggapi kisah-kisah lucu sahabatnya.
Akhirnya mereka berdua memutuskan pulang saja. Fitri langsung saja berjalan keluar taman kalau tidak diingatkan Dahlia. "Itu bukunya" Fitri tersenyum malu-malu. Lupa kalau dia baru saja pinjam buku di perpustakaan dan hampir meninggalkan buku itu di bangku taman.
"Bisa kena denda aku, kalau menghilangkan buku ini. Thanks Lia." Kata Fitri. Dahlia hanya mengangguk. Sesampainya di rumah, Dahlia melanjutkan tulisannya. Dibukanya laptop merahnya lalu mulai mengetik kisah yang tadi sempat dimulainya di perpustakaan.Â
Mama baru saja pulang dari pasar. Mama meminta tolong Dahlia membantu menyiapkan aneka makanan untuk dijual saat jam menjelang berbuka puasa. Mamanya memang termasuk pengusaha dadakan kecil-kecilan yang berjualan aneka makanan untuk berbuka puasa. Sudah hampir 2 minggu Mama berjualan di halaman depan rumah. Banyak tetangga yang membeli juga. Termasuk keluarga Fitri.
Kesibukan Dahlia membantu Mamanya memasak, sempat membuatnya sedikit lupa dengan kesedihannya. Mungkin itu juga cara Mama menghilangkan kesedihannya karena Papa tidak pulang saat lebaran. Dahlia juga tidak menyinggung sama sekali mengenai Papanya. Dia tak mau membuat Mama sedih. Sampai akhirnya selesai memasak dan waktunya berjualan di depan rumah.
" Tante Bunga, apakah lebaran nanti bisa ikut kami ke Jogjakarta? Tentu saja bersama Lia juga. Papa dan mama baru saja mengusulkan untuk mengajak tante Bunga dan Lia ke Jogjakarta bersama. Kan Lia libur." Fitri tersenyum ke arah Lia.
"Apa Dahlia mau?" Tanya Mama pada Dahlia. Mendengar itu, Dahlia langsung mengangguk. "Mau dong Ma, kalau Mama setuju." Mama tersenyum. "Baiklah, sampaikan pada Papa Mama, kalau Tante dan Dahlia akan ikut ke Jogjakarta. Terimakasih ajakannya."
Dahlia senang sekali, kantor tempat Papanya bekerja ada di Jogjakarta. Semoga nanti saat kami pergi ke Jogjakarta, Papa sedang memandu wisata di area Jogja. Jadi kami bisa bertemu. Rute wisatanya memang Bali, Jogjakarta dan Gunung Bromo (Jatim).
"Mama, nanti kabarin Papa ya kalau kita mau ke Jogja supaya bisa bertemu saat Lebaran." Seru Dahlia penuh semangat. "Fitri, makasih ya sudah ajak kami ikut berlibur ke Jogja." Fitri tertawa, "Iya, sama-sama" Fitri senang sekali melihat ceria di wajah sahabatnya kembali hadir setelah sepagian tadi tak muncul sedikitpun senyuman ceria.Â
Dahlia berlari memeluk Fitri. "Kamu memang sahabat terbaikku" Fitri segera berusaha menyelamatkan plastik berisi pesanan orang tuanya. "Eits hati-hati. Nanti makananku tumpah. Aku batal makan kolak enak buatan tante Bunga untuk berbuka puasa." Mereka bertiga tertawa bahagia.Â
Lalu Fitri pamitan masuk karena waktu berbuka puasa hampir tiba. "Selamat berbuka puasa ya Fitri, salam buat Om dan Tante." Kata Dahlia. "Iya makasih Dahlia, nanti kusampaikan pada Papa Mama" seru Fitri sambil menghilang masuk ke rumahnya.
Keluarga Fitri memang merayakan Idul Fitri. Keluarga besarnya ada yang tinggal di Jogjakarta. Sementara Dahlia sekeluarga merayakan Natal. Di kampung mereka, semua penduduknya saling menghargai, hidup berdampingan dengan damai meskipun berbeda keyakinan. Mereka juga tidak masalah beli makanan di tempat keluarga Bunga untuk berbuka puasa.
Dahlia, meskipun tidak merayakan Idul Fitri, dia juga sangat ingin berkumpul dengan Papa Mamanya di hari raya Idul Fitri. Dua tahun terakhir memang tidak bisa menikmati liburan di hari Idul Fitri bersama Papanya. Namun tahun ini, sepertinya bisa bersama Papa dan Mama saat Idul Fitri, seperti keluarga lainnya. Rasanya, Dahlia ingin hari raya Idul Fitri segera tiba.
....
Written by Ari Budiyanti
23 Mei 2019
#FiksiRamadan
#MenantiFitri"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H