Dahlia memberi senyuman yang dipaksakan dan menganggukan kepala. "Selamat pagi bu Wina." Sementara Fitri langsung mengajak ngobrol bu Wina, "Selamat pagi bu Wina, Apakah ada buku tentang tanaman bunga Euphorbia bu Wina, saya mau pinjam."
Dahlia, berbisik ke Fitri, "aku duduk di sana ya" sambil menunjuk sepasang bangku favorit di tepi jendela dengan pemandangan taman bunga di belakang perpustakaan.Â
Fitri mengangguk. Lalu kembali bercakap-cakap dengan bu Wina. Sesaat mereka sudah berjalan mengelilingi beberapa rak buku untuk menemukan buku yang dicari Fitri. "Mau berkebun bunga brunai?" Tanya bu Wina pada Fitri. Menurutnya, ini kejutan karena Fitri mau datang ke perpustakaan apalagi sampai pinjam buku.
Sebentar saja Fitri sudah duduk di depan Dahlia. Melihat sahabatnya sibuk menulis, Fitri diam saja, lalu berusaha menikmati buku tentang bunga Euphorbia. Tepatnya hanya menikmati foto-foto bunga di dalam buku dan membaca keterangan-keterangan singkat saja.Â
Satu jam sudah mereka duduk di perpustakaan tanpa berbincang. Sesekali Fitri melirik Dahlia yang masih sibuk menulis di laptop merah  kesayangannya.Â
"Fit, kamu bosan ya. Udah 1 jam di sini dan buku itu hanya dilihat gambar-gambarnya saja dari tadi." Fitri kaget, sahabatnya ini meski konsentrasi menulis, ternyata memperhatikannya juga.Â
"Eh, aku baca koq, keterangan-keterangan gambarnya. Ini aku mau pinjam bukunya, ntar kubaca di rumah aja bacaan-bacaan panjangnya." Kata Fitri berusaha mengelak. "Yuk turun, kita ke taman bunga aja" kata Dahlia.
Asyik, batin Fitri. Meski sedang nampak tidak bersemangat, Dahlia masih memperhatikan kesenangan sahabatnya, Fitri. Mengunjungi taman bunga di belakang perpustakaan. Mereka berdua beranjak dari kursi depan jendela kaca. Setelah Dahlia, selesai membereskan laptopnya, dia menemani Fitri meminjam buku ke bu Wina.Â
"Apa yang kau pikirkan?" Sedari tadi Fitri menahan diri, akhirnya tak tahan juga untuk bertanya. Dahlia menatap sahabatnya, berpikir antara beritahu atau tidak. "Kalau ingin menyimpannya sendiri, ya tidak apa. Tapi kalau mau bercerita, kedua telingaku siap dengarkan". Fitri menangkap gelagat sahabatnya itu.