Mohon tunggu...
Ari Suseno
Ari Suseno Mohon Tunggu... Administrasi - Founder duniaperpustakaan.com

...Yang kita alami sekarang ini adalah: Tuhan diakui, tapi tidak sungguh-sungguh. Allah disebut, tapi proforma dan iseng-iseng saja. Nama agama dijunjung, tapi ajarannya hanya dilaksanakan sebatas kondusif terhadap keperluan kita. Nabi kita rekrut untuk ngikut dan membenarkan langkah-langkah kita. Tuhan kita angkat sebagai ‘karyawan’ yang bekerja untuk karier pribadi dan sukses politik dan ekonomi kita... |Caknun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jual Ginjal Demi Perpustakaan

23 Mei 2010   02:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang – Niat Eko Cahyono (30), menjual ginjal miliknya demi mempertahankan perpustakaan yang akan digusur sempat mendapat perhatian dari masyarakat. Terbukti 3 orang dari luar Jawa Timur sempat menanyakan harga ginjal miliknya.

“Karena tidak ada uang, organ ginjal maunya saya jual. Saat itu ada tiga orang dari Bali, Jakarta, dan Solo berniat akan membeli. Namun, saya mengalami kegagalan ketika akan menjualnya,” kata Eko, saat ditemui detiksurabaya.com di perpustakaan ‘Anak Bangsa’ di Jalan Brawijaya, Desa Sukopuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (18/5/2010).

Putra pasangan Supeno (55) dan Ponisah (48), ini mengaku selama akan menjual ginjalnya, banyak terjadi kendala akhirnya ginjalnya gagal terjual, meski telah ada kesepakatan harga. “Orang Bali itu meninggal sebelumnya membeli ginjal saya dengan harga 400 juta, sementara orang Jakarta itu batal membeli, karena telah diberi ginjal oleh saudaranya,” cerita Eko, yang tidak mengira jika harga ginjal miliknya ditawar dengan harga mahal.

Dalam kondisi itu, Eko banyak mendapatkan pencerahan dari guru spritualnya agar tidak kembali berniat menjual ginjalnya. Dalam waktu bersamaan berkah pun datang, Suyono (50), pemilik lahan batal untuk menjual tanahnya.

“Saya berpikir mungkin Tuhan tidak merestui saya menjual ginjal, setelah banyak kegagalan serta batalnya Pak Suyono menjual lahannya. Terlebih banyak pihak telah menyumbang katalog hingga kini berjumlah 20 ribu katalog,” tutur Eko.

Meski begitu, Eko saat ini masih terobsesi untuk menjual ginjalnya. Karena ancaman perpustakaan miliknya tergusur dari lahan itu masih mengusik benaknya setiap hari.

“Masih belum aman di sini, bisa saja nanti digusur. Karena itu niat untuk menjual ginjal tetap ada. Bahkan kalo ada yang mau, saya mau mendonorkannya,” kata alumnus SD Negeri I Sukopuro ini.

Perpustakaan Anak Bangsa ini didirikan Eko, berawal saat dia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari pabrik kulit tempat dia bekerja tahun 1997 silam. Sebuah motor bebek miliknya nekat dia jual Rp 7 Juta hanya untuk memenuhi obsesinya membangun sebuah perpustakaan.

(bdh/bdh)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun