Malang – Niat Eko Cahyono (30), menjual ginjal miliknya demi mempertahankan perpustakaan yang akan digusur sempat mendapat perhatian dari masyarakat. Terbukti 3 orang dari luar Jawa Timur sempat menanyakan harga ginjal miliknya.
“Karena tidak ada uang, organ ginjal maunya saya jual. Saat itu ada tiga orang dari Bali, Jakarta, dan Solo berniat akan membeli. Namun, saya mengalami kegagalan ketika akan menjualnya,” kata Eko, saat ditemui detiksurabaya.com di perpustakaan ‘Anak Bangsa’ di Jalan Brawijaya, Desa Sukopuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (18/5/2010).
Putra pasangan Supeno (55) dan Ponisah (48), ini mengaku selama akan menjual ginjalnya, banyak terjadi kendala akhirnya ginjalnya gagal terjual, meski telah ada kesepakatan harga. “Orang Bali itu meninggal sebelumnya membeli ginjal saya dengan harga 400 juta, sementara orang Jakarta itu batal membeli, karena telah diberi ginjal oleh saudaranya,” cerita Eko, yang tidak mengira jika harga ginjal miliknya ditawar dengan harga mahal.
Dalam kondisi itu, Eko banyak mendapatkan pencerahan dari guru spritualnya agar tidak kembali berniat menjual ginjalnya. Dalam waktu bersamaan berkah pun datang, Suyono (50), pemilik lahan batal untuk menjual tanahnya.
“Saya berpikir mungkin Tuhan tidak merestui saya menjual ginjal, setelah banyak kegagalan serta batalnya Pak Suyono menjual lahannya. Terlebih banyak pihak telah menyumbang katalog hingga kini berjumlah 20 ribu katalog,” tutur Eko.
Meski begitu, Eko saat ini masih terobsesi untuk menjual ginjalnya. Karena ancaman perpustakaan miliknya tergusur dari lahan itu masih mengusik benaknya setiap hari.
“Masih belum aman di sini, bisa saja nanti digusur. Karena itu niat untuk menjual ginjal tetap ada. Bahkan kalo ada yang mau, saya mau mendonorkannya,” kata alumnus SD Negeri I Sukopuro ini.
Perpustakaan Anak Bangsa ini didirikan Eko, berawal saat dia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari pabrik kulit tempat dia bekerja tahun 1997 silam. Sebuah motor bebek miliknya nekat dia jual Rp 7 Juta hanya untuk memenuhi obsesinya membangun sebuah perpustakaan.
(bdh/bdh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H