Mohon tunggu...
Soni Ariawan
Soni Ariawan Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pendidik, pembelajar, pemerhati bahasa dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Lain Berkata, Anda Tetap Berlalu!

26 September 2016   13:35 Diperbarui: 26 September 2016   14:26 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hidup ini Anda yang jalani. Hasil dari hidup ini kelak, Anda juga yang akan dapatkan. Jika Anda menanam kebaikan maka kebaikanlah yang akan dipetik, tetapi jika Anda menanam keburukan, maka Anda akan bertanggung jawab terhadap hasil buruk tanamanmu.”

***

HIDUP ini penuh dengan nuansa-nuansa keseimbangan dan keselarasan. Diciptakan daratan sebagai alas dan langit sebagai atap serta gunung-gunung sebagai tiang. Dianugerahi dua tangan, tangan yang satu untuk menerima dan tangan yang lain untuk memberi. Diciptakannya makhluk abstrak yang bernama kesedihan dan rekannya yang bernama kebahagiaan. Diciptakan arah yang sangat terukur, ada kiri dengan kanan, atas dengan bawah, dan banyak sekali sisi biner lainnya. Inilah harmoni indah dalam melodi kehidupan kita.

Maka fahamilah harmoni ini terjadi karena sebuah sinergi. Bukan karena dominasi. Jika hanya tangan kanan yang bergerak, maka tangan kiri akan protes. Jika kita melihat bawah maka jangan lupa menatap atas. Setelah bersedih maka bergembiralah. Tetap jaga keseimbangan penomen-penomena yang diciptakan oleh Sang Pencipta.

Kita mengalami kegagalan sebenarnya kerena kita tidak menjaga keseimbangan ini. Kita terlalu lama bersedih padahal kebahagiaan sudah menanti, kita terlalu lama tertunduk ke bawah padahal masih ada atas untuk kita menengadah dan menatap masa depan. Kita bicara terus tetapi tak pernah mau mendengar, atau mendengar terus tak pernah mau bicara. Ini adalah fakta ketidakseimbangan yang akan menciptakan masalah dan disintegrasi (perpecahan) diri.

Ada lagi satu fenomena ketidakseimbangan yang sering kita saksikan dalam kehidupan ini, yaitu tak sedikit orang yang terlalu lama mendengarkan kata-kata orang lain yang mengandung makna negasi yang melemahkannya. Karena sibuk mendengarkan kata orang lain yang mengkritik dan melemahkannya, persepsi yang muncul di dalam otak tentang dirinya adalah seperti yang orang lain katakana. Padahal dia punya kemampuan positif yang mungkin tak pernah dilihat oleh orang lain atau bahkan oleh dirinya.

Sebelum dilanjutkan, coba perhatikan dua karakter orang berikut ini.

Pertama, ada orang yang tidak mau tahu menahu apapun yang dikatakan orang lain tentang dirinya, sampai orang bilang apapundia tetap tidak mau mendengar perkataan orang tersebut. Dia selalu yakin dengan kompetensi dan kapasitas dirinya. Baginya hidup ini bukan untuk mendengar kalimat negasi yang melemahkan dan bersifat destruktif (merusak), tetapi terus mendengarkan kata hati yang benar.

Kedua, ada tipe orang yang cepat lemah ketika dilemahkan dan diragukan oleh orang lain. Ini tipe manusia loyo dan biasanya selalu memakai “perasaan”. Dikritik sedikit langsung down, tak mau ngapa-ngapain, dapat ujian sedikit langsung panik dan goyah, ujung-ungnya galau berlapis-lapis.

Sobat pembaca yang luar biasa!

Jika Anda meragukan dirimu, terus bagaimana orang lain akan percaya pada kemampuanmu? Kenapa kita tak perlu mendengarkan ejekan, hinaan, makian, dan kata-kata negasi dari orang lain? Sederhana saja, karena sebaik apapun Anda, pasti ada orang yang tak suka. Tak mungkin dalam hidup ini kita membahagiakan semua orang. Pasti ada yang tidak puas, bahkan kecewa dengan sikap dan pencapaian kita. Terus kalau mereka tak bahagia apakah itu salah kita? Tentu tidak, yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik. Masalah mereka tak suka dengan kita itu urusan mereka.

Sahabat hebat! Di antara Anda tentu saja pernah mendengar atau membaca cerita lomba panjat pinang antar kodok sedunia kan? Pernah kagak?

Sekadar mengingatkan Anda, berikut saya ceritakan kembali dengan sedikit modifikasi. Semoga Anda berkenan membaca dan mengambil hikmahnya!

Dikisahkan, pada suatu zaman pernah diadakan lomba panjat pinang antar kodok se-Dunia. PON-nya kodok ini diikuti oleh seluruh kodok dari semua negara mulai dari kodok kutub sampai dengan kodok di samudera Hindia. Semua negara mengirimkan atlet-atlet kodoknya yang handal dan bermental juara.Tembakanpistoldan diiringi dentuman meriam 7 kali oleh ketua penyelenggara menandakan lomba panjat pinang dimulai. Semua kodok berusaha menunjukkan performa terbaiknya dengan hasil latihan-latihan di negaranya masing-masing.

Semangat miliaran kodok penonton pun menggelorakan stadiun tempat dilangsungkannya pertandingan ini. Semua penonton teriak mengeluarkan kata-kata negasi dengan tujuan melemahkan para peserta sebagai uji mental sekaligus sebagai strategi serangan kepada kodok yang berasal dari luar negaranya agar terjatuh dan tidak bisa menjangkau pucuk pinang yang sudah dilumuri oli. Ternyata sebagian besar peserta terjatuh karena kalah mental mendengar teriakan para penonton yang notabenenya mencemooh dirinya.

Namun ada seekor kodok dari Afrika dengan perawakan kecil, kurus, hitem pekat, hidup lagi, keliatannya ia bergerak pelan namun pasti. Semua penonton sontak meneriaki kodok kecil hitam tadi. Sambil tertawa tidak yakin,para penonton terus mencemooh kodok hitam tersebut. Dia dikatakan tidak pantas juara karena tubuhnya tidak kuat, kulitnya tidak indah dan cemoohan lainnya. Namun apa yang terjadi, hari itu miliaran kodok menyaksikan sebuah keajaiban yang memecahkan rekor dunia. Kodok kecil hitam tadi mampu sampai ke pucuk pinang dan memegang bendera sebagai sebuah pertanda kemenangannya.

Sebagaian besar atlet kodok kecewa dengan dirinya, saling menyalahkan dengan pelatihnya. Sementara kodok sang juara sedang sibuk menemui wartawan dari seluruh negara untuk konferensi pers berbagi tips kemenangannya. Semua wartawan menanyakan substansi pertanyaan yang sama mengenai motivasi juara dan tips kemenangan sang kodok.

Tetapi dari puluhan wartawan yang bertanya sang kodok hanya senyum dan menganggukkan kepala, tidak berkata apa-apa. Setelah ditelusuri dan diperiksa tim medis ternyata kodok tersebut adalah kodok tuli. Dia sama sekali tidak mendengar apa-apa. Jadi,usahamiliaran penonton menyorakikodok pemenangbermaksud melemahkan kodok tersebutternyata sia-sia belaka. Gimana gak sia-sia, kodoknya tulis si. Pantas saja si kodok terus naik dengan semangat dan meyakinkan, karena dia tidak mendengar apa-apa.

***

Terkadang kita harus menutup telinga untuk menjalani kehidupan ini. Saran saya, kalau kritik dari siapapun membangun silahkan didengarkan, tetapi kalau merusak dan tak berguna buang ke laut saja. Tetaplah tenang menghadapi semua tantangan dan kritikan. Balaslah dengan senyuman yang paling menawan. Seperti sikap Rasulullah yang tak pernah dendam denngan orang yang menganiaya beliau. Beliau tak pernah gentar dengan kritikan apapun. Itu baru kritikan kan, bukan tindakan, hanya butuh skill bersilat lidah sedikit saja. Terus kenapa kita perlu khawatir?

Mari kita tiru Asy-Sya’bi ketika menghadapi seorang lelaki yang datang memakinya. Ia berkata dengan bijak, “ Jika yang Anda katakan tadi benar, semoga Allah, Tuhan yang Maha Kuasa mengampuniku. Tetapi jika yang Anda katakan tadi bohong, semoga Allah mengampunimu.” Bahkan Imam Hasan Al-Basri mengantarkan buah segar kepada orang-orang yang membicarakan kejelekannya. Luar biasa.

Dalam buku Man Shabara Zhafirabang Rifa’i Rif’an, menulis 4 rumus jitu menyikapi kritikan.

1. Formula EGP (Emang Gue Pikirin). Kalau dikritik cuek saja. Kan ada pepatah kuno mengatakan anjing menggonggong kafilah berlalu. Tetapi kan dia ngomong bukan menggonggong, apalagi tak menggonggong ya udah kabur saja.he..

2. Tertawa saja kalau dkritik. Tak perlu membalas dengan tajam-tajaman kritikan. Semakin kita sakit hati karena kritikan, maka si pengkritik akan merasa sangat berhasil mengkritik Anda. Dia akan merasa puas. Tertawa saja kalau dkritik, nanti juga mereka bingung sendiri. Pokonya tak perlu diladeni. Kalau Anda dilempar pake’ batu, lemparlah dengan bunga, tapi jangan lupa sama potnya..he..sama saja!

3. Tunjukkan prestasimu. Jika mereka meragukanmu, tunjukkan apa yang menurut mereka tak mungkin bagi Anda untuk melakukannya. Karena kebohongan teerbesar di dunia ini ketika orang mengatakan kepada kita bahwa kita tak mampu melakukannya. Coba saja lakukan itu dengan sungguh-sungguh, pasti bisa tercapai.

4. Percayalah bahwa kita tak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Pasti akan ada yang memuji dan mencaci. Pasti ada yang menghargai dan menghina. Teruskan aktivitasmu, jangan dipikirkan, jangan disimpan dalam hati biar sakitnya tidak “di sini” tetapi di sana (baca : pengkritik).

Sahabat hebat! Kita perlu menghadapi kehidupan ini dengan filosofi si kodok pemenang tadi. Jangan terlalu banyak mendengarkan kata-kata orang lain yang sekiranya justru akan melemahkan kita. Tetap pada pendirian, tetap pada pondasi semangat kita. Teruslah melaju meskipun orang-orang bilang “tak mungkin”, itu tak penting. Karena sebagai manusia yang memiliki bakat menjadi pemenang kita tetap berlalu dan melaju menuju kesuksesan sejati. Go ahead till the end of the day.[]

*Disarikan dari buku HABIS GAGAL TERBITLAH SUKSES (Ariawan, 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun