Mohon tunggu...
Ariasdi
Ariasdi Mohon Tunggu... Administrasi - Dunia Pendidikan

Catatan Kecil Dunia Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Bongkahan Emas di Swarnadwipa

3 Januari 2018   16:00 Diperbarui: 8 Januari 2018   22:05 4904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu, sebagai sarana transportasi utama penghubung antar pulau di Kepulauan Mentawai yang harus dinaiki, walau nyawa taruhannya! (Foto: Dok. Ariasdi)

Perjalanan menuju dermaga penyeberangan ke gugusan kepulauan di Kawasan Mandeh bersama Geliga Krim yang sedia selalu dimana saja berada. (Foto: Dok. Ariasdi)
Perjalanan menuju dermaga penyeberangan ke gugusan kepulauan di Kawasan Mandeh bersama Geliga Krim yang sedia selalu dimana saja berada. (Foto: Dok. Ariasdi)
Sekitar  pukul 11.30 WIB kami menaiki perahu. Cukup mendebarkan, karena lantai yang kami tapaki selalu bergerak naik turun dan sesekali menjauh karena dipermainkan gelombang. Untung kami sudah mengolesi beberapa bagian tubuh dengan Geliga Krim, sehingga gerak motorik persendian kami menjadi lentur.

Perlu kosentrasi penuh untuk sampai ke perahu penyeberangan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Perlu kosentrasi penuh untuk sampai ke perahu penyeberangan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Sensasi mengarungi laguna di Kawasan Mandeh. (Foto: Dok. Ariasdi)
Sensasi mengarungi laguna di Kawasan Mandeh. (Foto: Dok. Ariasdi)
Tujuan pertama adalah Pulau Setan. Tidak seseram namanya, karena di sana sudah tersedia makan siang, bagian dari paket perjalanan selama dua hari satu malam. Ditawarkan juga beberapa wahana air bagi yang berminat. Beberapa pulau kami lalui sebelum sampai ke Pulau Setan seperti Sironjong Kecil dengan fasilitas terjun bebasnya.

Pulau Setan; tidak seseram namanya. (Foto: Dok. Ariasdi)
Pulau Setan; tidak seseram namanya. (Foto: Dok. Ariasdi)
Perahu kami mendekati bibir pantai Pulau Setan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Perahu kami mendekati bibir pantai Pulau Setan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Wahana air yang dapat dimanfaatkan wisatawan di Pulau Setan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Wahana air yang dapat dimanfaatkan wisatawan di Pulau Setan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Salah satu yang cukup 'seronok' adalah Pulau Cubadak. Dilengkapi homestay eksotis dengan sewa inap per-orang Rp. 1.300.000,- semalam. Dikelola investor Itali sejak 1993, menjadikannya tidak mudah dikunjungi masyarakat biasa. Paling tidak hingga sembilan tahun ke depan, setelah kontrak berakhir. OMG! Kami hanya bisa celingukan dari tengah laut, melihat dari kejauhan.

Pulau Cubadak, lokasi eksotis yang terlanjur dikontrak pihak asing, sehingga tidak bisa dikunjungi sembarang orang, walau masih berada di Kawasan Mandeh. (Foto: Dok. Ariasdi)
Pulau Cubadak, lokasi eksotis yang terlanjur dikontrak pihak asing, sehingga tidak bisa dikunjungi sembarang orang, walau masih berada di Kawasan Mandeh. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kegiatan workshop terpusat di Labuhan Sunday, lokasi yang tidak kalah romantis. Diisi dengan beragam aktivitas dari sore hingga malam, seperti outbond, santapan rohani dan kegiatan peningkatan kapasitas pegawai lainnya. Rasa lelah tidak terasa karena Geliga Krim menjaga dari keram otot dan capek, menjadikan saya berani menyambut surya pagi sambil hiking di salah satu puncak bukit terdekat. Terpaan surya pagi menjadikan benda apa saja terlihat seperti kilauan emas bercahaya. Pantas leluhurku memberinya nama 'Swarnadwipa-Pulau Emas'. Semoga kelestarian alamnya yang asri tetap terjaga.

Penginapan di Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Penginapan di Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Siraman cahaya mentari pagi di sekitar Labuan Sunday menjadikan setiap benda berkilau laksana emas. (Foto: Dok. Ariasdi)
Siraman cahaya mentari pagi di sekitar Labuan Sunday menjadikan setiap benda berkilau laksana emas. (Foto: Dok. Ariasdi)
Salah satu puncak yang cukup menantang untuk kegiatan hiking di Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Salah satu puncak yang cukup menantang untuk kegiatan hiking di Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Rehat sejenak sebelum sampai di puncak Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Rehat sejenak sebelum sampai di puncak Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kilauan emas di Swarnadwipa, Pulau Sumatera dari dermaga Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kilauan emas di Swarnadwipa, Pulau Sumatera dari dermaga Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Rabu sore kami kembali, membawa pengalaman yang luar biasa. Non-stop melaksanakan touring selama hampir dua minggu dalam keadaan bugar. Bersama Geliga Krim, apapun kegiatan saya lalui, termasuk membuat artikel ini dalam 1.473 kata. Badan bugar, darah lancar, pikiran segar, inspirasi mengalir. Terima kasih Geliga Krim.***

Terima kasih Kompasiana dan Geliga Krim.(Foto: Dok. Ariasdi)
Terima kasih Kompasiana dan Geliga Krim.(Foto: Dok. Ariasdi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun