Perjalanan menuju dermaga penyeberangan ke gugusan kepulauan di Kawasan Mandeh bersama Geliga Krim yang sedia selalu dimana saja berada. (Foto: Dok. Ariasdi)
Sekitar  pukul 11.30 WIB kami menaiki perahu. Cukup mendebarkan, karena lantai yang kami tapaki selalu bergerak naik turun dan sesekali menjauh karena dipermainkan gelombang. Untung kami sudah mengolesi beberapa bagian tubuh dengan
Geliga Krim, sehingga gerak motorik persendian kami menjadi lentur.
Perlu kosentrasi penuh untuk sampai ke perahu penyeberangan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Sensasi mengarungi laguna di Kawasan Mandeh. (Foto: Dok. Ariasdi)
Tujuan pertama adalah Pulau Setan. Tidak seseram namanya, karena di sana sudah tersedia makan siang, bagian dari paket perjalanan selama dua hari satu malam. Ditawarkan juga beberapa wahana air bagi yang berminat. Beberapa pulau kami lalui sebelum sampai ke Pulau Setan seperti Sironjong Kecil dengan fasilitas terjun bebasnya.
Pulau Setan; tidak seseram namanya. (Foto: Dok. Ariasdi)
Perahu kami mendekati bibir pantai Pulau Setan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Wahana air yang dapat dimanfaatkan wisatawan di Pulau Setan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Salah satu yang cukup 'seronok' adalah Pulau Cubadak. Dilengkapi
homestay eksotis dengan sewa inap per-orang Rp. 1.300.000,- semalam. Dikelola investor Itali sejak 1993, menjadikannya tidak mudah dikunjungi masyarakat biasa. Paling tidak hingga sembilan tahun ke depan, setelah kontrak berakhir. OMG! Kami hanya bisa
celingukan dari tengah laut, melihat dari kejauhan.
Pulau Cubadak, lokasi eksotis yang terlanjur dikontrak pihak asing, sehingga tidak bisa dikunjungi sembarang orang, walau masih berada di Kawasan Mandeh. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kegiatan
workshop terpusat di Labuhan
Sunday, lokasi yang tidak kalah romantis. Diisi dengan beragam aktivitas dari sore hingga malam, seperti
outbond, santapan rohani dan kegiatan peningkatan kapasitas pegawai lainnya. Rasa lelah tidak terasa karena
Geliga Krim menjaga dari keram otot dan capek, menjadikan saya berani menyambut surya pagi sambil
hiking di salah satu puncak bukit terdekat. Terpaan surya pagi menjadikan benda apa saja terlihat seperti kilauan emas bercahaya. Pantas leluhurku memberinya nama 'Swarnadwipa-Pulau Emas'. Semoga kelestarian alamnya yang asri tetap terjaga.
Penginapan di Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Siraman cahaya mentari pagi di sekitar Labuan Sunday menjadikan setiap benda berkilau laksana emas. (Foto: Dok. Ariasdi)
Salah satu puncak yang cukup menantang untuk kegiatan hiking di Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Rehat sejenak sebelum sampai di puncak Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kilauan emas di Swarnadwipa, Pulau Sumatera dari dermaga Labuan Sunday. (Foto: Dok. Ariasdi)
Rabu sore kami kembali, membawa pengalaman yang luar biasa. Non-stop melaksanakan
touring selama hampir dua minggu dalam keadaan bugar. Bersama
Geliga Krim, apapun kegiatan saya lalui, termasuk membuat artikel ini dalam 1.473 kata. Badan bugar, darah lancar, pikiran segar, inspirasi mengalir. Terima kasih
Geliga Krim.***
Terima kasih Kompasiana dan Geliga Krim.(Foto: Dok. Ariasdi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya