Mohon tunggu...
Ariasdi
Ariasdi Mohon Tunggu... Administrasi - Dunia Pendidikan

Catatan Kecil Dunia Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kidzanow", Generasi Terbodoh yang Pernah Ada

25 Desember 2017   11:58 Diperbarui: 26 Desember 2017   06:01 2003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segencar apapun peringatan, gadget sudah terlanjur  menjadi 'oksigen' Kidzanow. Kata pembuka (password) 'wi-fi' adalah pertanyaan pertama ketika berada pada suatu tempat yang baru, di saat data paket-nya habis. Jika sudah didapat, jangan harap mereka menghiraukan sekitarnya. Bahkan bencana alam sekalipun bisa dijadikan 'vlog' atau 'kematian' menjadi hal terindah untuk diabadi dan di'viral'-kan.

Keprihatinan melihat potret sosial kehidupan Kidzanow yang berusia dibawah 30 tahunan tersebut mendorong Mark Bauerlein meluncurkan bukunya The Dumbest Generation: How the Digital Age Stupefies Young Americans and Jeopardizes Our Future (Or, Don't Trust Anyone Under 30).  Terjemahan bebasnya, Generasi Terbodoh: Bagaimana Era Digital Memabukkan Kawula Muda Amerika dan Menghancurkan Masa Depan Kita (Jangan Percaya Siapapun yang Berusia Dibawah 30 Tahun).

Buku tersebut awalnya tidak mendapat banyak sambutan dan apresiasi sejak diterbitkan tahun 2008. Apalagi judul utamanya sangat kontroversi, 'Generasi Terbodoh', menimbulkan polemik di kalangan Kidzanow. "...saya sangat tidak setuju dengan pesan yang Anda sampaikan kepada pembaca Anda. Pernyataan Anda mengenai teknologi membuat orang muda bodoh tidak memiliki bukti yang membuktikan teknologi itu sendiri mempengaruhi kaum muda,.." tulis Eugene Tsang dalam surat terbukanya untuk Baeurlein.

Dumbest Generation sendiri sebenarnya berisi potret Kidzanow terhadap  malaise budaya dan intelektual yang berdampak kepada kehidupan sosial kalangan muda Amerika. Melalui observasi dan data statistik, Bauerlein berargumen bahwa pemuda masa kini (Kidzanow Amerika) sebenarnya tidak begitu tahu, cerdas, berpikiran maju, atau apapun yang positif yang dapat dikatakan tentang mereka, walau 'teknologi' tidak lepas dari tangan mereka. "Generasi muda Amerika sekarang yang berusia dibawah 30 tahun, secara historis dan sosiokultural buta huruf, kekurangan daya nalar matematis, kekurangan kosa kata, tidak dapat dipercaya dalam intelektual dan prospek karir masa depannya," ungkap Bauerlein.

Kritikan Bauerlein tersebut juga disuarakan lantang  sebelumnya oleh Dr. Walter E. Williams (2006) yang geram melihat peringkat siswa/mahasiswa Amerika dalam Program Penilaian Siswa Internasional (PISA). "mahasiswa AS berada di peringkat 25 dari 30 negara maju dalam bidang matematika dan sains ke-24. Semakin banyak anak Amerika yang kinerjanya dibawah teman-teman internasional mereka".

Apa yang diungkapkan Bauerlein tersebut sebenarnya tamparan yang sangat keras bagi generasi sebelumnya (lihat partisi generasi Strauss dan Howe). Siapapun itu, generasi yang sekarang disebut Kids Zaman Now tidak terlepas dari bimbingan orang tua, guru, sahabat dan lingkungan mereka.

Walau kasusnya di Amerika, tulisan Bauerlein bisa menjadi refleksi bagi orang tua (dalam arti yang luas), agar lebih mewaspadai teknologi yang sekarang berada di genggaman jemari mungil Kidzanow.  Di sana ada 'madu' untuk kemaslahatan, sekaligus  'racun'  yang sangat mengerikan  bagi  kelangsungan DNA generasi yang akan datang.

Yang belum terjawab: "pantaskah Mark Zuckerberg dinobatkan sebagai 'hero' di era-millenial seperti yang dipertanyakan Strauss dan Howe?"

Sampai jumpa di catatanku yang akan datang. Jawabannya ada di sana, Insha Allah.

Maaf kepanjangan.  Maklum, teramat sayang meninggalkan tahun 2017 tanpa aksara. Salam literasi, semoga bermanfaat.***

Pariaman, 25 Desember 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun