Masyarakat Bima memiliki ajang budaya pacuan kuda yang unik dan khas. Pacuan kuda umumnya diadakan dalam rangka hari-hari besar, seperti Idul Fitri, Idul Adha,Maulid Nabi, atau dalam rangka memperingati hari-hari bersejarah lainnya. Pacuan kuda menjadi ajang silaturahmi dan persaudaraan, serta mengandung makna filosofi yang tinggi bagi derajat kedudukan sosial seseorang di tengah masyarakat Bima seperti simbol keberanian, kehormatan, dan kewibawaan.
Pacuan kuda di Bima juga memiliki ciri khas yaitu joki atau penunggang kuda biasanya merupakan anak-anak dengan usia 6-10 tahun tanpa menggunakan pelana. Joki cilik ini dipilih karena dianggap lebih ringan dan lebih gesit dalam mengendalikan kuda. Joki cilik ini juga mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari orang tua atau kerabatnya yang berpengalaman dalam berkuda. Joki cilik ini juga mendapatkan imbalan berupa uang, hadiah, atau prestise dari pemilik kuda.
Pacuan kuda di Bima juga telah diakui sebagai salah satu warisan budaya tak-benda Indonesia sejak tahun 2016. Pacuan kuda di Bima telah menjadi salah satu daya tarik wisata dan sumber pendapatan bagi masyarakat Bima. Disamping itu pacuan kuda merupakan upaya untuk melestarikan budaya yang merupakan salah satu warisan budaya leluhur Dana Mbojo.
Upacara Adat
Upacara adat Hanta Ua Pua masyarakat Bima adalah upacara adat yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Upacara ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2017.
Dalam konteks penggunaan kuda, upacara adat Hanta Ua Pua memiliki beberapa hal yang menarik untuk dibahas:
- Kuda digunakan sebagai alat transportasi dalam iring-iringan Uma Lige. Uma Lige adalah sebuah miniatur rumah adat Bima yang terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Uma Lige diusung oleh 44 orang pria yang mewakili 44 suku di Bima. Iring-iringan Uma Lige diiringi oleh tabuhan musik tradisional Bima, seperti gendang, gong, dan serunai. Kuda yang digunakan dalam iring-iringan Uma Lige biasanya adalah kuda-kuda yang kuat dan tangguh. Kuda-kuda ini dihiasi dengan pernak-pernik dan hiasan tradisional Bima. Iring-iringan Uma Lige yang dihiasi dengan kuda-kuda ini menjadi salah satu daya tarik utama dari upacara adat Hanta Ua Pua.
- Kuda digunakan sebagai sarana penyampaian pesan dalam upacara adat Hanta Ua Pua. Dalam upacara ini, kuda-kuda akan dihiasi dengan bendera-bendera dan simbol-simbol keagamaan. Bendera-bendera dan simbol-simbol keagamaan ini melambangkan pesan perdamaian dan persatuan yang ingin disampaikan oleh masyarakat Bima.
- Kuda memiliki makna simbolis yang penting dalam upacara adat Hanta Ua Pua. Kuda melambangkan kekuatan, kesetiaan, dan keberanian. Kuda juga melambangkan simbol perjuangan dan persatuan masyarakat Bima.
Susu Kuda
Selain sebagai hewan ternak dan pacuan, kuda Bima juga dimanfaatkan sebagai sumber susu yang kaya akan nutrisi. Susu kuda Bima, yang dalam bahasa setempat disebut susu jara, adalah susu yang berasal dari induk kuda yang baru melahirkan dengan umur anaknya yang satu bulan. Susu kuda Bima memiliki tampilan yang lebih putih dan rasa yang (sedikit) lebih manis daripada susu sapi. Susu kuda Bima juga memiliki zat antimikroba alami yang membuatnya tahan di suhu ruangan selama berbulan-bulan.
Susu kuda Bima diyakini secara turun-temurun memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh, antara lain:
- Menggantikan susu sapi bagi orang yang alergi terhadap kasein, karena susu kuda Bima mengandung lebih banyak albumin yang ukurannya lebih kecil dari kasein dan jarang menimbulkan alergi. Susu kuda Bima juga memiliki kandungan protein whey dan asam amino yang lebih tinggi daripada susu sapi.
- Mengandung nutrisi yang mirip dengan ASI, karena susu kuda Bima secara kimia paling mendekati ASI. Kandungan protein pada susu kuda Bima hampir setara dengan ASI. Oleh karena itu, susu kuda Bima juga bisa dijadikan sebagai pilihan susu pengganti ASI.
- Melancarkan pencernaan, karena susu kuda Bima memiliki kadar air yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari susu sapi. Susu kuda Bima secara tradisional dikonsumsi oleh masyarakat Bima untuk mengobati gangguan pencernaan, seperti sembelit.
- Meningkatkan daya tahan tubuh, karena susu kuda Bima mengandung beta karoten, vitamin B2, vitamin B3, serta zat yang bersifat antibakteri dan antivirus. Susu kuda Bima juga membantu mengobati berbagai penyakit, seperti stroke, rematik, maag, diabetes, asam urat, tekanan darah tinggi, demam berdarah, paru-paru basah, asma, kanker, tipes, alergi makanan, TBC, anemia, migrain, tumor, kolesterol, pegal-pegal, dan lainnya.
Tantangan Ekologis Kuda Bima
Meskipun kuda Bima memiliki nilai sejarah, budaya, pemanfaatan, dan ekonomi yang tinggi, kuda Bima juga menghadapi berbagai tantangan yang mengancam keberadaannya. Salah satu tantangan utama adalah penurunan populasi kuda Bima yang signifikan. Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bima mencatat, pada tahun 2015 jumlah populasi kuda Bima adalah 5.464 ekor, sementara pada tahun 2018 populasi kuda Bima tinggal 3.474 ekor.