Mohon tunggu...
Arianna Els
Arianna Els Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Anak muda, sang pemimpi. Suka menulis. Berkarya dalam kesederhanaan Akun sosial media : Instagram : @arinnels_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Modernitas vs Pelestarian Kesenian Bahasa Daerah

3 Mei 2023   00:25 Diperbarui: 3 Mei 2023   00:46 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pun sangat jarang ditemukan selain di lembaga pendidikan. Banyak orang, terutama kaum muda dan remaja, cenderung lebih sering menggunakan bahasa asing ketimbang Bahasa Indonesia yang baik dan benar apalagi bahasa daerah. Tak jarang pula kita mendengar orang menggunakan kata kotor/ umpatan dalam percakapan di area publik. 

Di Bandung misalnya, kata "anjing" tak hanya digunakan sebagai kata umpatan atau kata kasar, tapi juga digunakan sebagai kata seru menggantikan kata "aduh!", "gila!", "keren!", "wah!", dan kata seru lainnya. Tak jarang mereka memplesetkannya menjadi "anjir", "anjer", "anjis", dan lainnya.  

Selain itu, di perkotaan seperti di Kota Bandung, penggunaan bahasa Sunda di kalangan remaja pun sudah sangat kurang dalam pergaulan sehari-hari, digantikan dengan bahasa pergaulan anak muda yang "kekinian". Tiba-tiba remaja Kota Bandung ber-"lu-gue" dalam percakapan mereka. Tak sedikit pula yang menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris atau Korea.

Penyebab 

Lingkungan sekitar dapat menjadi penyebab menurunnya pelestarian seni budaya dan bahasa daerah. Seperti contoh, ketika satu orang berada di dalam satu lingkungan, entah itu lingkungan pertemanan, keluarga, atau komunitas lainnya, yang sering menggunakan gaya dan bahasa tertentu, lama kelamaan ia akan mengikuti menggunakannya juga. 

Begitu pun dengan orang yang berada di lingkungan yang sering menggunakan bahasa asing atau sikap yang kebarat-baratan dan mengabaikan tata krama maupun adat istiadat daerah dia tinggal, pastinya akan mengikuti gaya yang berlaku di lingkungannya tersebut. 

Berada di lingkungan yang seperti itu membuat kita harus bisa mempertahankan apa yang sebelumnya telah ada di dalam diri kita. Bila kita sebelumnya selalu menggunakan bahasa daerah dan tata krama yang santun, kita wajib terus mempertahankannya walaupun keadaan sekitar kita tidak demikian.

Selain pengaruh lingkungan, seni modern pun dapat mempengaruhi menurunnya pelestarian kesenian daerah, misalnya pengaruh penggunaan pada salah satu aplikasi yang sedang tren saat ini.

Dimana membawa dampak yang kurang baik terhadap pelestarian kesenian tradisional dan bahasa daerah. Seperti yang kita tahu, di beberapa video kerap muncul orang menggunakan tatabahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, banyak juga menampilkan video tarian modern dengan gerakan yang kadang erotis yang membawa pengaruh kurang baik, terutama pada anak-anak yang masih perlu bimbingan (baca: anak di bawah umur). 

Aplikasi ini juga bisa mempengaruhi karakter penggunanya. Mengapa? Karena konten atau video yang disajikan mengangkat berbagai tema dan tipe. Terkadang ada video yang tidak seharusnya ditampilkan, misalnya cuplikan film tentang kekerasan/ pembunuhan, tayangan komentar berisi kata kasar, dan sebagainya, yang membuat penonton menganggap bahwa itu baik atau benar (terutama bagi anak-anak) dan akhirnya mereka mengaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. 

Film dan drama Korea (drakor), siapa yang tidak mengetahui dua hal yang sudah menjadi bahan perbincangan di zaman sekarang. Namun sayangnya, dua hal ini justru membawa hal yang kurang baik, terutama pada anak milenial. Mereka senang sekali menirukan bahasa, penampilan, ataupun gaya para aktor-aktrisnya, tetapi mengapa tidak menirukan sikap santun, tata krama, dan gaya bahasa saat berbicara dengan orang yang lebih tua? Mengapa? Karena hal itu tidak semenarik bahasa dan gaya yang terdapat dalam film/ drakor itu. Mereka hanya ingin menirukan hal-hal yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi mereka .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun