Mohon tunggu...
Arianna Els
Arianna Els Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Anak muda, sang pemimpi. Suka menulis. Berkarya dalam kesederhanaan Akun sosial media : Instagram : @arinnels_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Modernitas vs Pelestarian Kesenian Bahasa Daerah

3 Mei 2023   00:25 Diperbarui: 3 Mei 2023   00:46 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni budaya dan bahasa daerah adalah satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Budaya atau kebudayaan adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah, yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. 

Budaya juga adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sebuah kebudayaan dan bahasa daerah dalam perkembangannya menyangkut masyarakat dan pelestariannya. 

Kebudayaan dapat berkembang apabila masyarakat memperlakukan kebudayaan seperti suatu barang yang bernilai tinggi. Sedangkan pengertian bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, bagaimana bila pelestarian seni budaya dan bahasa daerah tidak terlaksana dengan baik?

Menurunnya Minat pada Seni dan Budaya Daerah

Menurunnya pelestarian seni budaya dan bahasa daerah sudah terlihat pada masa kini, seperti tren gaya pakaian yang lebih banyak dipengaruhi budaya modern yang kebarat-baratan. Banyak perempuan lebih condong senang memakai pakaian yang terbuka yang dianggap modern dibandingkan memakai baju daerah seperti kebaya, batik, dsb.  

Contoh lainnya adalah di bidang seni. Karawitan adalah salah satu jenis kesenian dari Jawa Barat yang sudah jarang sekali ada. Dahulu, karawitan sering sekali ada di berbagai acara entah itu menjadi musik pembuka, musik pengiring atau bahkan pentas seni musik karawitan. Di sekolah pun sering ada ekstrakurikuler karawitan. Namun sekarang hanya ada di sedikit sekolah saja. Itu pun sudah jarang peminatnya. 

Selain karawitan, seni tari seperti tari Jaipong sudah semakin jarang terlihat beberapa waktu belakangan ini. Demikian juga pencak silat, seni bela diri tradisional khas Jawa Barat, yang seharusnya menjadi hal yang patut dibanggakan dan dilestarikan, nyatanya popularitas seni bela diri ini cenderung kalah dengan bela diri yang berasal dari negara lain.

Seni musik tradisional pun mulai pudar pamornya, terutama di kalangan remaja. Angklung contohnya, alat musik yang mengeluarkan alunan musik indah, sayangnya sudah jarang sekali menyapa telinga kita. Contoh di atas menjadi bukti bahwa kesenian sudah mulai pudar seiring berkembangnya zaman.

Menurunnya Tata Krama Berbahasa

Tak cuma seni budaya, tata krama di masyarakat pun cenderung mengalami degradasi, salah satunya dalam berbahasa. Di dunia yang semakin modern dan egosentris, terutama di perkotaan, acap kali banyak orang alpa menerapkan tiga kata sakti: maaf, tolong, terima kasih,  baik dalam bahasa Indonesia maupun daerah. Contoh lainnya adalah banyaknya orang yang abai menghormati orang tua saat kita melewati mereka dengan mengucapkan "permisi" atau "punten".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun