Mohon tunggu...
Ariani Kartika
Ariani Kartika Mohon Tunggu... Freelancer - Sudah keluar dari pekerjaan 9-5

Suka menulis dan membuat sabun artisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Candi Sari dan Candi Kalasan, Candi Cantik Yang Berpendar Dikala Bulan Purnama

26 Desember 2024   09:16 Diperbarui: 26 Desember 2024   09:16 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relung tempat arca yang dijaga oleh Kalamakara (dokpri penulis)

Kemegahan dua  candi ini  adalah bukti bahwa nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan dan teknologi  tinggi untuk membuat sebuah bangunan besar dan megah.  Pahatan dan relief yang rumit dan halus menunjukan bahwa nenek moyang kita memiliki kepekaan artistik yang tinggi. Setiap pahatan dan relief adalah lambang yang memiliki makna filosofis yang berhubungan dengan kehidupan, ini menunjukan tingkat intelektual  yang dimiliki oleh nenek moyang kita.

Yang Hilang

Prihatin rasanya kalau melihat banyak artefak-artefak sejarah yang hilang. Seperti di Candi Sari dan Candi Kalsan nyaris tidak ada arca yang tersisa, hanya meninggalkan relung-relung kosong sebagai bukti. Selain arca-arca yang memiliki nilai artistik dan historis  tinggi, balok-balok batu penyusun candi juga menjadi sasaran penjarahan.

Dulu penduduk sekitar candi memanfaatkan batu-batu tersebut untuk membuat fondasi rumah. Wajar saja, karena saat itu penduduk belum mendapat edukasi mengenai pentingnya sebuah candi. Bagi mereka ketersediaan batu yang melimpah adalah berkah.

Pemerintah Belanda juga tidak mau kalah, mereka juga mengambil batu-batu tersebut dalam jumlah besar untuk membuat jalan raya atau proyek besar lainnya. Mungkin juga batu-batu itu terkubur dibawah jalan Jogja-Solo, yang kini memisahkan Candi Sari dan Candi Kalasan.

Bukan  bermaksud menormalisasikan perilaku penjarahan. Ada masa dalam sejarah sebuah monumen ditinggalkan dan terlupakan, dan saat itu  terjadi penjarahan.

Piramida di Mesir berkali-kali mengalami penjarahan oleh orang lokal sebelum akhirnya penjajah Eropa melakukan penjarahan besar-besaran dan mengirim barang jarahannya ke benua Eropa.  Colloseum yang megah di Roma, kini hanya berdiri ‘telanjang’ dengan batu dan semen setelah lapisan marmer luarnya dipreteli dan dijadikan bahan membangun rumah-rumah mewah orang kaya.

Tugas kita sekarang adalah untuk menjaga dan melestarikan yang masih tersisa.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun