Keindahan Tamansari pada masanya memang tidak bisa dinafikan. Konon katanya Sir Thomas Raffles kesengsem dengan Tamansari dan ingin menguasainya.
Sulit membayangkan kalau pemukiman padat ini dulunya adalah sebuah  segaran . Segaran berasal dari kata dasar segara yang berarti laut, kata segaran sendiri bermakna laut buatan. Lokasi pemukiman penduduk itu sekarang disebut Kampung Segaran.
Pasti orang-orang akan bertanya, dari mana sumber airnya untuk mengisi segaran sebesar ini?
Pendiri keraton, tidak sembarangan ketika menentukan lokasi untuk mendirikan kraton. Salah satu syaratnya harus dekat dengan sumber mata air. Seperti di Kotagede, Kerajaan Mataram pertama, sumber mata air disana sampai sekarang masih mengalir walaupun disekelilingnya sudah padat dengan pemukiman penduduk.
Ditambah lagi dengan tradisi kraton yang suka menanam pohon beringin yang akarnya mengikat air tanah. Jadi mulai sekarang, setiap melihat pohon beringin, lupakan sejenak sisi mistisnya tapi ingat bagaimana pohon-pohon beringin itu menjaga kelestarian air tanah.
Penutup
Seperti biasanya, jalan-jalan dengan Jogja Walking Tour tidak pernah mengecewakan. Sekarang saya tahu Alun-alun Selatan bukan sekedar wedang jahe, roti bakar, odong-odong berhias kerlap-kerlip lampu, atau berjalan dengan dua mata tertutup diantara dua pohon beringin.
Dibelakang keriuhan Alun-alun Selatan tersimpan sebuah cerita menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H