Mohon tunggu...
Ariani Kartika
Ariani Kartika Mohon Tunggu... Freelancer - Sudah keluar dari pekerjaan 9-5

Suka menulis dan membuat sabun artisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Memahami Simbol-simbol di Alun-alun Selatan

18 September 2024   08:30 Diperbarui: 18 September 2024   08:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan antara plataran Kamandugan dan Magangan. Tampak bangsal Magangan (dokpri)

Berbeda dengan bangsal Kamandungan, bangsal Magangan diberi pagar.   Terlihat ada bagian dari lantai yang ditinggikan, yang menjadi tempat sultan duduk ketika abdi dalem datang menghadap. Menurut tata krama keraton, hanya sultan yang boleh duduk dibagian yang ditinggikan tersebut.

Ketika kami berkunjung, ada beberapa anak kecil dari kampung sekitar keraton yang sedang bermain bola dipojok plataran Magangan. Saya yakin anak-anak yang besar di area dekat keraton pasti sudah diajarkan sejak dini apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di area keraton. Tapi yang namanya anak-anak, polah spontanitas mereka tidak bisa ditebak. Itulah salah satu alasan kenapa bangsal Magangan dipagari.

Bangsal Magangan dengan latar depan pohon jambu dersana (dokpri)
Bangsal Magangan dengan latar depan pohon jambu dersana (dokpri)

Setelah plataran Magangan, kita akan menjumpai Regol Magangan untuk masuk ke plataran Kedhaton yang merupakan pusat dari Keraton. Tapi karena kita lewat dari halaman belakang Keraton dan tidak berbayar, kita tidak bisa melalui Regol tersebut. Wisatawan yang ingin melihat plataran Kedhaton harus melalui pintu depan dan membeli tiket.

Berbeda dengan dua regol sebelumnya yang tidak dijaga, di regol Magangan terlihat beberapa abdi dalem yang sedang duduk dan mengobrol. Terlihat juga beberapa abdi dalem yang keluar masuk melalui regol, tidak lupa  menyapa  abdi dalem yang menunggu didepan regol.

Disisi barat regol Magangan terdapat sebuah tiang lonceng yang akan dibunyikan oleh setiap jam. Saat itu lima menit menjelang pukul sepuluh,kita memutuskan untuk menunggu. Tepat pukul sepuluh seorang abdi dalem membunyikan lonceng sebanyak sepuluh kali.

Pulo Gedhong

Perjalanan dilanjutkan dengan keluar dari plataran Magangan melalui pintu sebelah timur, masuk ke pemukiman padat dengan gang-gang kecil, sampai kita jumpai sebuah bangunan yang elevasinya lebih tinggi dari rumah-rumah sekitarnya. Itu yang dahulu disebut pulo Gedhong.

Seperti yang sudah saya tulis diatas, pulo Gedhong dan pulo Kenanga di Taman Sari terhubung oleh sebuah kanal seperti terlihat di gambar denah.

kratonjogja.id
kratonjogja.id

Tentu saya dulu ketika komplek Tamansari dibangun, kawasan sekitarnya masih berupa  pohon-pohon dan tanaman lainnya. Kombinasi vegetasi hijau dan segarnya aliran air di kanal dan segaran, menciptakan sebuah taman air yang sangat asri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun