Letak pripih tiap candi berbeda. Pripih candi Siwa Prambanan ditanaman tepat dibawah patung dewa Siwa di tengah candi. Kalau pripih  candi Sambisari terletak disamping pintu masuk sebelah selatan.
Bagi pembuat candi pada masa itu, pripih mempunyai fungsi penting bagi keberadaan bangunan candi sebagai tempat ibadah. Dipercayai bahwa pripih merupakan media bagi dewa merasukkan zat inti kedewaannya. Dapat dikatakan peripih merupakan roh sebuah candi.
Sementara bagi para peneliti dan arkeolog, penemuan peripih  adalah hal yang penting, karena  pripih bisa menjadi sebuah kunci untuk  menyingkap tabir mengenai usia dan makna pembuatan candi.
Pemugaran candi
Sekarang kita geser duduk di bagian barat kaki candi, disebelah pintu masuk dekat dengan tempat pripih candi ditanam. Mas Erwin melanjutakan kuliahnya, kali ini tentang cara pemugaran candi.
Tahap awal pemugaran candi adalah dengan membongkar seluruh candi, baik bagian yang masih utuh berdiri atau sudah runtuh sebagian. Batuan candi yang terpasang dengan sistem kuncian (interlock) dibongkar satu per satu hingga tidak berbentuk bangunan. Sebelum dibongkar dilakukan registrasi pada setiap blok batu agar bisa disusun ulang. Sejatinya bangunan candi itu seperti maian Lego yang bisa dibongkar pasang, hanya saja terbuat dari batu dan berukuran besar.
Tidak cukup dengan hanya membongkar  candi saja, tanah dibawah candi juga perlu digali. Hasil penggalian tanah dibawah candi ini, selain dijumpai peripih, juga ditemukan struktur fondasi yang dibuat untuk menopang candi. Semakin tinggi candinya, semakin dalam fondasinya. Uniknya lobang fondasi diisi dengan batuan kerikil, yang juga bisa berfungsi sebagai peredam getaran gempa.
Berkat kearifan local dari nenek moyang kita dulu, hari ini kita masih memiliki peninggalan bangunan candi yang megah walaupun pulau Jawa cukup sering  diguncang bencana gempa.
Tidak semua reruntuhan bisa dipugar karena berdasarkan aturan ICOMOS (International Council of Monuments and Site) yang ditetapkan pada tahun 1981 yang prinsipnya adalah pemugaran suatu objek harus mempertahankan bentuk aslinya. Pada prakteknya hanya candi yang masih memiliki 2/3 batuan asli yang bisa dipugar.Â
Jadi jangan heran jika kalian menemui reruntuhan dan batuan yang dibiarkan begitu saja ketika berkunjung ke candi. Bongkahan-bongkahan batu itu seperti kepingan teka-teki yang belum menemukan padanannya untuk bisa disusun ulang.