Hari itu Nita dan ibunya melakukan sesi pemotretan untuk melengkapi artikel di sebuah majalah binis ternama. Artikel tentang bagaimana ibunya, seorang perempuan yang bisa memadukan peran menjadi seorang ibu dan wanita karier hingga bisa menduduki posisi puncak di sebuah perusahaan internasional.
“Mbak Nita pasti bangga dengan Mama,” kata fotografer setelah sesi pemotretan.
“Ya tentu saja saya bangga. Mama telah menjadi role-model bagi banyak perempuan-perempuan muda bahwa menjadi seorang ibu tidak menghalangi untuk mengejar karier. Dengan adanya kesetaraan gender, kesempatan terbuka luas bagi para perempuan.”
Nita tidak berbohong, dia benar-benar meyuarakan apa yang dia rasakan.
“Apakah mbak Nita juga ingin berkarier seperti Mama?”
Nita menjawabnya dengan tawa kecil.
@@@@@
Setelah perjalanan panjang dari Jakarta, akhirnya Nita sampai pada sebuah rumah di desa di luar kota Jogja. Nita selalu datang ke rumah ini jika dia merindukan seseorang atau sekedar ingin berganti suasana dari Jakarta yang ruwet.
Nita mengetuk pintu dan tidak perlu berapa lama untuk seseorang dari dalam rumah untuk membukakan pintu.
“Cah ayu…..”
“Mamak…..” Tanpa ada rasa kikuk Nita memeluk perempuan berusia diawal enampuluhan yang dia panggil mamak.