“Akhirnya kamu sampai,” sambut ibunya ketika Nita memasuki ruang kerjanya yang luas dan berjendela lebar menghadap jalan protokol.
“Maaf Ma….macet.”
“Kamu tahu Jakarta selalu macet, harusnya kamu pergi lebih awal.”
Nita diam saja, ibunya tidak pernah terlepas melihat kesalahan pada dirinya.
Ibunya tersenyum tipis lalu bangkit dari kursi, berjalan kearah Nita seraya menjulurkan kedua tangannya.
Seperti biasa Nita balas memeluk ibunya dengan sedikit kikuk.
Sebuah insiden kecil terjadi ketika Nita kecil dulu. Saat itu dia sedang bermain lari-larian di taman belakang rumah. Badannya berbau kecut keringat dan bajunya kotor dengan noda tanah. Ketika melihat ibunya sudah berdandan rapi, cantik dan wangi tanda bersiap untuk pergi, segera Nita berlari kearah ibunya minta dipeluk.
“Nanti sayang, baju Mama nanti kotor,” tolak ibunya sambil berlalu pergi.
Mungkin ibunya sudah melupakan kejadian itu, tapi insiden itu meninggalkan trauma bagi Nita. Sejak itu Nita selalu risau, apakah dia sudah cukup wangi dan bersih untuk menerima pelukan ibunya.
“Sayang….Mama tahu kamu tidak suka berdandan, tapi kamu perlu sedikit sentuhan make-up untuk sesi foto kita,” kata ibunya sambil memandang wajah Nita yang polos tanpa make-up.
Seorang make-up artis sudah disiapkan langsung beraksi dan beberapa menit kemudian wajah Nita sudah berubah seperti penampilan para influencer yang kerap tampil di media social.