Tak lama kemudian terdengar suara langkah msuk dapur.
"Ah....kalian berdua sudah minum the tanpa menungguku," kata wanita itu.
"Hanya minum teh Mama. Aku dan Papa tidak akan mulai makan bolu tanpa kehadiran Mama," jawab gadis kecil itu dengan riang.
Semua tersenyum lebar. Potret keluarga kecil yang bahagia.
Gadis kecil itu langsung membagikan potongan kue bolu ke atas pring saji dan mereka bertiga mulai makan.
"Hmmmm ....sedap...." kata pria itu sembari mengunyah perlahan.
Pria yang baik. Tidak pernah sekalipun dia berkata buruk tentang hasil kue buatan gadis kecil itu. Dia masih ingat, pertama kali gadis itu memanggang bolu. Tekstusnya bantat dan terlalu manis. Tapi tanpa ragu sedikitpun pria itu selalu menghabiskan potongan bolu bantat itu  dan berkomentar bahwa bolu itu tidak kalah lezatnya seperti bolu yang biasa dijual di toko.
Pujian itu membuat gadis kecil itu tersenyum lebar. Tidak ada yang bisa membuat hati pria itu bahagia selain melihat senyum lebar dan mata berbinar diwajah gadis itu. Dan pria itu berjanji bahwa dia akan melakukan apa saja agar wajah gadis kecil itu tetap dihiasai doleh seyum dan dan berbinar.
Rupanya gadis kecil itu suka  berkutat di dapur, bukan memasak minatnya, tapi baking. Setelah beberapa kali percobaan, bolu buatannya tidak bantat lagi. Selain bolu dia juga suka membuat brownnies, bermacam roti, pizza, schotel, quiche,  dan apa saja jenis kudapan yang perlu dipangang di oven.
"Minggu depan saya harus tugas keluar kota selama seminggu. Bisakah kamu pergi ke kantor agak siang selama  saya tidak ada. Setidaknya kamu masih ada di rumah ketika Putri bangun pagi?" kata wanita itu sambil memandang pria yang duduk dihadapannya.
"Tentu saja bisa, apapun saya lakukan buat Putri," jawab pria itu.