Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Obesitas Anak yang Kalah Pamor dengan Stunting

9 November 2023   17:25 Diperbarui: 9 November 2023   18:38 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak mengalami obesitas. (Dok Shutterstock/Africa Studio via Kompas.com)

Sejak awal saya duduk di bangku kuliah kedokteran hingga detik ini di mana saya sekarang bekerja sebagai dokter pada Instalasi Gawat Darurat di Kabupaten kelahiran saya yakni Kabupaten Tanah Laut, saya merasa saya begitu familiar dengan istilah stunting. 

Entah dari mendengar, menulis, memahami, hingga membahas istilah tersebut. Bagaimana tidak familiar mengingat stunting telah menjadi isu prioritas nasional, sejak setelah World Health Organization atau Badan Kesehatan Nasional menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk. 

Pemerintah kemudian menyelipkan banyak agenda pembahasan terkait stunting pada banyak kegiatan dan mulai gencar mengucurkan banyak dana untuk melakukan berbagai upaya penanganan. Sayangnya, saya menyadari bahwa kefamiliaran saya dengan stunting tidak berimbang dengan kefamiliaran saya terhadap istilah obesitas. 

Rasanya begitu jarang saya mendapatkan sosialisasi terkait obesitas pada anak. Padahal, selain stunting, obesitas juga merupakan salah satu bentuk malnutrisi. 

Mengasumsikan sebagai tenaga kesehatan akan lebih banyak terpapar isu kesehatan, jika saya saja tidak familiar dengan masalah obesitas pada anak, bisa jadi masyarakat awam lebih tak mengenali obesitas pada anak sebagai suatu masalah dan pula sebagai salah satu bentuk malnutrisi yang tidak hanya melulu tentang stunting. 

Obesitas berhak mendapat porsi pembahasan yang seimbang dengan stunting mengingat stunting dan obesitas adalah sama-sama bentuk malnutrisi. Mengutip dari WHO tahun 2021, disebutkan bahwa malnutrisi adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. 

Jelas disebutkan bahwa malnutrisi tak hanya terkait kekurangan, tapi juga terkait kelebihan maupun ketidakseimbangan dalam hal ini yakni obesitas. Obesitas pada anak yang kalah pamor dengan stunting ini tentu saja tak boleh dibiarkan. 

Masyarakat tak boleh dibiarkan beranggapan bahwa balita yang gemuk menandakan balita yang sehat dan bukan sebagai masalah yang perlu dilakukan tatalaksana. 

Patut menjadi perhatian bersama, bahwa betapa pentingnya tak memisahkan obesitas saat membahas mengenai stunting. Mengingat, tak hanya stunting yang berdampak pada kesehatan anak, obesitas pun sama. Anak obesitas memiliki potensi mengalami berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. 

Diintai oleh penyakit seperti penyakit kardiovaskular, penyakit metabolik seperti diabetes melitus, dan lain-lain. Tak hanya berdampak pada masalah medis, obesitas pada anak-anak pun dapat mempengaruhi aspek psikososial jangka pendek hingga jangka panjang anak, di antaranya penurunan kepercayaan diri, diskriminasi sosial seperti bullying, gangguan makan, dan kualitas hidup yang lebih rendah. 

Kondisi obesitas pada usia dini sering kali terjadi hingga dewasa, yang kemudian dapat menyumbang terkait peningkatan risiko penyakit degeneratif.

Kiranya, prevalensi obesitas memang tak sebesar prevalensi stunting. Berdasarkan data SSGI atau survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi stunting ialah sebesar 21,6% dan prevalensi obesitas sebesar 9,2%. 

Beberapa individu bisa jadi berpendapat stunting mendapat porsi lebih banyak dibandingkan obesitas dalam setiap pembahasan dikarenakan tingkat prevalensinya yang memang jauh terpaut berbeda. 

Namun, alih-alih mengandalkan pembanding seperti "mana yang lebih besar atau mana yang lebih kecil prevalensinya", serta "yang lebih mendesak ialah yang prevalensinya lebih besar", penulis secara pribadi lebih setuju jika pembahasan terkait stunting dan obesitas tidak boleh terfragmentasi atau dipisah-pisahkan seolah-olah hanya stunting yang merupakan bagian dari malnutrisi.

Mari sama-sama mencegah dan mengatasi double burden of malnutrition yang mengancam kesehatan anak  dan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun