Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bagaimana Indonesia Tanpa Kader Kesehatan?

12 Juli 2023   17:17 Diperbarui: 12 Juli 2023   22:43 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokter (ipopba via kompas.com)

Selama ini, kader kesehatan memegang peran yang sangat penting sebagai pelaksana dari kebijakan-kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah di level terdekat dengan masyarakat. 

Salah satunya sebagai pelaksana terkait masalah stunting di Indonesia. Peran kader kesehatan di dalam isu stunting adalah sangat krusial dalam mendeteksi faktor-faktor risiko stunting serta memberikan pendidikan tentang gizi dan kesehatan kepada para orangtua selama kegiatan Posyandu. 

Sayangnya, peran yang begitu krusial tersebut tak berimbang dengan penghargaan terhadap jasa kader-kader kesehatan selama ini. Isu mengenai penghargaan terhadap kader kesehatan selama ini masih menjadi pertanyaan dan diskusi banyak pihak. 

Pertanyaan terkait kejelasan posisi kader kesehatan di dalam undang-undang hingga kejelasan tentang kesejahteraan yang ideal dan standar bagi para kader. 

Kader kesehatan hingga saat ini belum diakui sebagai sumber daya manusia kesehatan atau SDMK. Tentu saja ini menjadi pekerjaan rumah untuk pemerintah memperjelas status kader kesehatan di Indonesia, saat negara lain seperti salah satunya yakni India, yang telah mengambil beberapa langkah yang lebih maju dengan menempatkan kader kesehatan bekerja langsung di bawah Kementerian Kesehatan India, dan disebut sebagai Accredited Social Health Activist atau ASHA. Selain terkait statusnya, isu krusial lain ialah terkait gaji kader yang masih belum distandarkan. 

Misalnya, terdapat kader di satu wilayah yang tidak memperoleh gaji sama sekali, lalu terdapat kader yang memperoleh gaji di belahan wilayah yang lain, dan terdapat pula kader yang memperoleh gaji dua kali lipatnya saat sama-sama menempuh jarak atau medan yang sama dan mengerahkan tenaga yang setara dalam perjalanan mereka menuju Posyandu. 

Diskusi mengenai berapa gaji ideal kader kesehatan pun telah sering digulirkan, namun nampaknya tak pernah menyentuh telinga para pembuat kebijakan.

Pentingnya peran mereka yang tak diimbangi dengan kecukupan apresiasi kiranya memunculkan pertanyaan menarik tentang "Apa yang terjadi jika tidak ada kader kesehatan di Indonesia? Bagaimana Indonesia tanpa kader kesehatan?"

Satu jawaban yang pasti, tanpa kader kesehatan, maka data terkait stunting tidak akan pernah ada dan kita tidak akan pernah mengetahui berapa jumlah anak stunting di Indonesia. 

Mengingat, kader kesehatan lah yang mengundang masyarakat untuk hadir ke Posyandu, mempersiapkan segala peralatan dan bahan untuk menyediakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan pengukuran antropometri balita, kemudian mencatat seluruh hasil pemeriksaan pada buku kesehatan ibu dan anak atau KIA, mempersiapkan makanan dan minuman sebagai buah tangan dari Posyandu untuk para balita maupun para orang tua, hingga melaporkan hasil pengukuran dan laporan pelaksanaan edukasi ke Puskesmas setempat yang kemudian diolah Puskesmas menjadi data stunting yang akan dilaporkan berjenjang hingga level pusat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun