Saat seorang dokter menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk ke rumah sakit, pasien bisa jadi berasumsi bahwa obat-obatan di Puskesmas tidak lengkap. Padahal, Puskesmas memiliki daftar penyakit apa saja yang dapat ditangani di level Puskesmas dan mana yang harus dirujuk.Â
Tak dapat dipungkiri bahwa skeptisisme masyarakat selama ini terhadap Puskesmas memiliki alasan. Alasan yang terbentuk dari perolehan informasi dan pengalaman yang dialami oleh masyarakat itu sendiri.Â
Pengalaman seperti  waktu tunggu yang lama dan kurangnya fasilitas yang memadai baik dari segi tenaga medis, peralatan, maupun stok obat. Namun, patut dipahami pula bahwa ketidakcukupan pengetahuan masyarakat mengenai batasan peran dan fungsi Puskesmas dalam menyediakan layanan kesehatan itu sendiri juga berpengaruh kepada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Puskesmas selama ini, seperti pemahaman masyarakat terkait sistem rujukan berjenjang di era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini.Â
Peningkatan pengetahuan masyarakat bahwa Puskesmas dan rumah sakit memiliki ranah masing-masing adalah begitu penting. Pengetahuan mengenai sistem rujukan berjenjang demi efisiensi pembiayaan kesehatan kiranya harus digalakkan untuk menghindarkan miskomunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.Â
Masyarakat tak boleh selamanya memiliki pemahaman bahwa Puskesmas dapat menyembuhkan seluruh penyakit yang ada di muka bumi ini. Tak boleh juga berpemahaman bahwa kemudian rumah sakit lah yang berkewajiban untuk menyembuhkan seluruh penyakit tersebut.Â
Puskesmas memiliki batasan sampai mana dapat menuntaskan pelayanan sendiri, sampai mana ia harus merujuk. Begitu pula dengan rumah sakit, rumah sakit tak ingin menangani penyakit-penyakit yang seharusnya dapat ditangani di Puskesmas, karena rumah sakit bukanlah sebuah 'Puskesmas besar'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H