Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana masyarakat menerima dan mempercayai kader kesehatan perempuan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan kesehatan yang diberikan.
Ketiga, kader kesehatan perempuan lebih cenderung terlibat dalam isu-isu kesehatan yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, seperti kesehatan reproduksi, gizi, dan imunisasi. Hal ini dapat mengabaikan isu kesehatan yang lebih spesifik pada laki-laki dan orang dewasa, seperti kesehatan jantung, diabetes, dan kesehatan lingkungan.
Keempat, kader kesehatan terutama di daerah pedesaan, yang jumlahnya didominasi oleh perempuan, rata-rata merupakan mereka yang turut mengemban secara penuh peran domestik atau urusan rumah tangga di keluarganya masing-masing. Pada akhirnya, sering kali pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk memberikan keterampilan pada kader-kader untuk semisal melakukan deteksi dini kesehatan di masyarakat terlewatkan.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memperhatikan dampak gender pada kader kesehatan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa kader kesehatan, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelatihan, sumber daya, dan dukungan yang memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.
Selain itu, upaya-upaya juga perlu dilakukan untuk memperbaiki persepsi masyarakat tentang peran kader kesehatan perempuan dan mengembangkan program-program kesehatan yang memperhatikan isu kesehatan yang spesifik pada laki-laki dan orang dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H