Proses menyusui merupakan salah satu proses dalam keibuan. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu.Â
Berbagai studi eksperimental telah menunjukan betapa besar manfaat dari ASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi. Selengkap apapun nutrisi yang terkandung dalam susu formula, disebutkan tidak akan dapat mengimbangi nutrisi yang terdapat dalam ASI. Pemberian ASI yang optimal disebutkan mampu mencegah stunting.Â
Stunting ialah gangguan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak akibat kekurangan gizi yang kronis maupun terjadinya infeksi secara berulang, yang mana ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang berada di bawah standar.
Stunting merupakan suatu kondisi yang berbahaya. Ia berpotensi mempengaruhi tingkat perkembangan otak hingga keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas di usia dewasa.
Dengan demikian, stunting merupakan ancaman terbesar kualitas manusia. Kualitas bangsa didasarkan pada pembangunan-pembangunannya yang dimotori oleh manusia-manusia di dalamnya. Ancaman terhadap kualitas manusia berujung mengugut daya saing sebuah bangsa.
Begitu besar manfaat ASI terhadap kualitas seorang manusia dan kualitas sebuah bangsa. ASI berpengaruh terhadap perkembangan termasuk di dalamnya ialah kesehatan seorang individu sejak ia bayi hingga singgah di masa tua.
Sayangnya, tak seluruh ibu yang ada di dunia memiliki pengalaman yang sama terkait proses pemberian ASI yang telah terbukti superior dibanding susu formula. Beberapa di antaranya mengalami kesulitan memberikan ASI dengan lancar setelah persalinannya.
Faktor psikologis merupakan salah satu faktor penting terkait proses pemberian ASI yang lancar.Â
Faktanya, hingga kini, kesadaran masyarakat terkait betapa pentingnya dukungan orang-orang terdekat terhadap keberhasilan seorang ibu dalam menyusui masih begitu rendah. Kegiatan menyusui sering dipandang sebelah mata.
Menyusui hanya dianggap sebagai sebuah aktivitas yang sekedar menyodorkan puting beserta payudara. Padahal, di balik proses seorang ibu menyusui, ada begitu banyak hal yang seharusnya dikontribusikan di dalamnya.Â
Kekurangan gizi pada seorang ibu akan berdampak pada turunnya jumlah produksi ASI. Memastikan asupan nutrisi yang cukup pada seorang ibu menyusui kemudian menjadi begitu penting.Â
Sayangnya, tak jarang seorang ibu menyusui lupa untuk memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri untuk makan makanan yang cukup nan bergizi saat rutinitasnya disibukkan dengan mengurus sang bayi selama 24 jam penuh.
Selain itu, kondisi psikis seorang ibu ialah merupakan hal yang tak kalah pentingnya dalam proses kelancaran ASI. Refleks pengeluaran ASI dikontrol oleh perintah yang dikirim oleh hipotalamus, salah satu bagian dari otak.Â
Keadaan stres psikologis seperti salah satunya yaitu baby blues, yang mana merupakan bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan, akan menyebabkan ASI tak keluar.Â
Pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa proses menyusui tak hanya sekedar apa yang terlihat. Dengan kata lain, ada banyak hal yang tak terlihat di dalam prosesnya.
Peran suami dan komponen keluarga terdekat lainnya untuk turut mendukung kesehatan fisik dan kesehatan mental seorang ibu dalam proses menyusui melalui berbagi tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak merupakan hal yang esensial dan utama.
Perlu digarisbawahi, seorang ibu tidak boleh dibiarkan untuk berjuang sendiri mengingat pertumbuhan dan perkembangan anak tak hanya merupakan tanggung jawab seorang ibu, namun juga tanggung jawab seorang ayah.Â
Kiranya, kalimat pertama di dalam artikel ini perlu untuk diralat. Proses menyusui merupakan salah satu proses dalam keibuan dan keayahan. Happy mother, happy father, happy child!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H