Memiliki anak dengan kecerdasan IQ tentu saja harapan seluruh orang tua. Harapan harus sesuai dengan usaha. Orang tua harus berusaha menghindarkan anaknya dari paparan asap rokok yang membahayakan IQ sang anak.Â
Sering di beberapa kesempatan saya bertemu dan berbincang dengan seorang perokok. Saya bertanya apa yang membuat ia terus merokok padahal ia sudah tahu jika banyak kerugian dari merokok.Â
Para perokok akan menjawab bahwa ia tak merasakan kerugian yang selama ini ia baca atau dengar dari masyarakat ataupun media massa. Perokok cenderung akan mempertahankan ideologi yang ia miliki dengan segala sesat pikir yang ia pertahankan.Â
Oleh karena itu, penulis berharap agar kita entah laki-laki atau perempuan tak memilih pasangan yang merokok sedari awal pertemuan. Kita diminta menjadi pasangan yang toleran untuk segala dampak yang ia timbulkan. Tentu saja ini merugikan. Kebiasaan merokoknya dapat menjamah kesehatan anak yang kemudian mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.Â
Penulis menghimbau agar anggota keluarga tak merokok. Siapapun baik laki-laki atau perempuan harus menyadari dampak yang ditimbulkan dari merokok. Tak ada keuntungan sama sekali yang dari kebiasaan merokok. Tindakan abai terhadap kebiasaan merokok yang terus menerus dibudidayakan hanya akan membuat kelompok-kelompok rentan semakin rentan. Membuat kelompok anak yang tak tahu menahu menjadi perokok pasif berkepanjangan. Sesuai judul Mini Project saya, BBM Pertalite: Mari berani berhenti merokok untuk pertumbuhan dan perkembangan balita yang terbaik di masa kini dan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H