Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Herbal Medicine dan Titik Potong Skeptisisme

11 Juli 2022   20:25 Diperbarui: 11 Juli 2022   20:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Minimnya penelitian terkait tanaman-tanaman herbal ialah salah satu faktor yang membuat tak meratanya bukti ilmiah pada penggunaan tanaman tersebut dalam menyembuhkan suatu penyakit. 

Penggunaan tanaman herbal pun masih pro kontra dalam penggunaannya sebagai komplementer terhadap obat-obat konvensional apalagi menjadi terapi yang berdiri sendiri. 

Banyak pihak khawatir jika meresepkan tanaman herbal pada akhirnya membuat beberapa masyarakat diam-diam menjadikannya satu-satunya terapi dan bahkan hingga meninggalkan obat konvensional sebagai obat utama. 

Dalam hal ini edukasi yang ekstra tentu adalah kuncinya. Namun bermain dengan api adalah kalimat yang sekiranya mampu menggambarkan kekhawatiran terhadap masa depan peresepan herbal oleh dokter-dokter di Indonesia. 

Tentu perjalanan penggunaan tanaman herbal yang lebih luas di masa depan ini masih begitu panjang. Diperlukan lebih banyak bukti ilmiah untuk menerangkan efikasi dari masing-masing tanaman herbal. 

Peresepan tanaman-tanaman herbal ini sebagai obat tentu tak lepas dari edukasi yang baik kepada masyarakat mengenai bagaimana dan sejauh apa peranan tanaman herbal ini terhadap penyakitnya dan kapan sudah harus dipadukan dengan obat konvensional dan kapan tanaman herbal sudah sama sekali tak usah digunakan. 

Jika keilmiah dari tanaman-tanaman herbal ini semakin jelas, tentu langkah selanjutnya ialah pengintegrasian pengetahuan terkait tanaman-tanaman herbal di Indonesia ke dalam kurikulum kedokteran. 

Sehingga ke depannya, tak akan ada lagi dokter-dokter yang skeptis dan tak memahami peranan tanaman herbal sebagai terapi terhadap penyakit-penyakit tertentu. Kemudian sudah seyogyanya menjadi tugas pemerintah untuk selanjutnya dapat menyediakan tanaman-tanaman herbal dalam paket Jaminan Kesehatan Nasional. 

Saat itu saya hanya bisa menjawab kepada si ibu, bahwa selama ini kedokteran memang belum banyak membahas tentang herbal. Saya menjelaskan bahwa selama 5.5 tahun saya berkuliah kedokteran, saya memang hanya selalu terpapar dengan informasi dan pengetahuan-pengetahuan terkait obat-obat konvensional alias non-herbal. 

Saya menjelaskan bahwa boleh-boleh saja jika beliau ingin menggunakan herbal jika memang ada yang menawari beliau tanaman-tanaman herbal, namun saya mengingatkan bahwa saya berharap agar obat-obat konvensional tetap dijadikan obat utama bagi beliau mengingat obat tersebut lah yang sudah memiliki bukti ilmiah yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Dan perlu dipahami bahwa ada interaksi pada obat-obat konvensional dan obat herbal yang bisa saja mengurangi efikasi satu sama lain. 

Sebagai penutup, penulis berharap melalui tulisan ini dapat memberikan pencerahan bahwa kita harus sesegeranya dapat menemukan titik potong dari sebuah potret masyarakat yang skeptis dengan obat-obat konvensional dan potret dokter-dokter yang skeptis dengan obat-obat herbal, demi kesehatan masyarakat Indonesia yang lebih optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun