Jika tak jaga malam, mungkin harus belajar untuk berjaga-jaga jika ada ujian dadakan dari dokter spesialis/konsulen keesokan pagi. Dan terus begitu hingga 1,5 tahun lamanya.Â
Setelah menyelesaikan proses pendidikan profesi yang berdarah-darah, ternyata seorang dokter muda masih harus berjuang dengan sebuah exit exam atau ujian keluar yang disebut dengan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).Â
Ada ujian berupa ujian tulis dan ada pula ujian keterampilan. Ujian tulis untuk menjawab 150 soal dalam 200 menit untuk seluruh bidang di kedokteran yang sudah kita pelajari dan terdapat ujian keterampilan untuk menguji kelihaian kita untuk menyelesaikan kasus pasien secara langsung disertai dengan mempertunjukkan keterampilan klinis seperti memasang alat kontrasepsi atau melakukan bedah minor atau melakukan resusitasi, dan masih banyak lagi.
Jika lulus, nama kita akan terpampang di situs web panitia UKMPPD, jika tidak tentu kita harus mengulangnya kembali kira-kira 3 bulan setelah ujian pertama yang kita lalui.Â
Setelah menyelesaikan kuliah sarjana dan profesi kedokteran sekitar 5,5 tahun lamanya, seorang dokter ternyata tidak langsung dapat menjadi dokter yang berpraktik secara mandiri di Puskesmas atau klinik ataupun RS. Ia harus menjalani sebuah program bernama program internship (magang).Â
Tiga hari yang lalu, tepat saya telah menjalani internship selama 7 bulan dari total 12 bulan, yang artinya tersisa 5 bulan menuju berakhirnya periode internship saya. Begitu banyak hal yang dapat saya refleksikan setelah sudah setengah jalan menjadi dokter internship.Â
Satu hal utama yang saya sadari ialah perjuangan menjadi dokter memanglah perjuangan yang berdarah-darah. 'Berdarah' dari ujian masuk kedokteran, S1, profesi, ujian keluar kedokteran, hingga proses magang.Â
Selama internship, saya melakukan pemeriksaan kepada pasien di bawah pengawasan dokter-dokter umum yang bekerja di suatu rumah sakit (RS) atau Puskesmas.Â
Dalam kurun waktu 7 bulan terakhir ini, saya belajar bahwa menjadi dokter memang lah seorang long life learner atau pembelajar sepanjang hidup.Â
Jika kita berpikir setelah kita lulus dari exit exam kedokteran lalu kita dapat berpisah dari buku-buku dan jurnal kedokteran, kita salah besar.Â
Justru, melalui internship ini dengan paparan pasien dan tanggung jawab yang sedikit lebih penuh (jika dibanding saat koas), sebagai seorang dokter yang baik kita akan rajin untuk kembali membuka buku-buku dan jurnal kedokteran, untuk memastikan bahwa diagnosis yang kita tegakkan dan terapi yang kita berikan ke pasien yang baru saja beberapa jam lalu kita tatap matanya dan kita rasakan denyut nadinya sudah benar menurut petunjuk klinis terbaru.