Mohon tunggu...
Aria A. Ananta
Aria A. Ananta Mohon Tunggu... Freelancer - Sahabat yang Mengenyangkan

Ketemu di dunia nyata njih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Jalanan

12 Januari 2016   11:36 Diperbarui: 12 Januari 2016   12:11 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="jalanan dengan sejuta pelajaran hidup yang tersirat di setiap inci aspalnya"][/caption]

Bismillah..

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Siapa yang tidak tahu jalanan ?

Bukan. Ini bukan tentang pengenyang perut manusia itu. Itu jajanan.

Jalanan hanyalah permata ciptaan manusia yang sejak awal tercipta dirinya, mengikhlaskan seluruh raganya untuk diinjak, dirusak, dilewati manusia tanpa mengharap sebuah belas kasih. Benar - benar tanpa cinta. Karena pada hakekatnya, manusia melewati jalanan dan terus membuat fisiknya merusak, namun sama sekali tidak memohon maaf padanya. Jangankan memohon maaf, hanya sekedar memberikannya sebuah dekapan hangat di tengah dingin yang menusuk di malam hari saja tidak. Teganya..

Sudah terbukti, keberadaan jalanan sungguh penting bagi kita semua. Tapi tunggu sebentar, lalu apa itu filosofi ? Ah, tidak perlu dijabarkan lagi, seorang manusia yang lahir pada abad ke-20 pasti mengerti apa arti kata ini.

Lalu apa korelasi antara filosofi dan jalanan ? Dua hal yang berbeda ini, ternyata menyimpan banyak pelajaran hidup manusia di muka bumi ini. Kehidupan semu yang hanya sementara. Kehidupan yang sering membuat lalai akan tujuan sebenarnya manusia di muka bumi ini. Dan semoga Allah mengampuni dan terus membimbing kita menuju jalan yang lurus. aamiiin

Ya, kembali ke topik, dari jalan yang lurus menuju jalanan berkelok - kelok di ujung gang sana. Pernahkah anda berpikir, bahwa jalan raya yang identik dengan hawa panas, suara bising mesin dan klakson serta ribuan partikel asap hasil pembakaran bensin yang siap "menghujam" wajah kita ini, ternyata memiliki banyak pelajaran hidup. Dapat terlihat dengan kasat mata, kehidupan di jalanan sangatlah keras. Ya, sangat keras. Bagaimana tidak keras, segala komponen di jalanan itu keras; aspal, tiang listrik, trotoar dll hehe, bercanda, jangan tegang.

Mario teguh. Itulah sapaannya. Kata - kata yang dilontarkannya selalu memberikan double damage bagi siapapun yang mendengarkannya. Seakan kita berfikir bahwa hanya beliau-lah yang dapat melawan semua beban hidup ini. Mentransfer segala kesedihan dan cacian menjadi rasa senang dengan pikiran jernih dan hati yang bersih, atau acap kali disebut dengan postive thinking atau khusnuzon dalam bahasa arab. Tapi sayang mario teguh tidak pernah sekalipun memberikan motivasi dalam bahasa arab. Kan bagus ya ?

Kita kembali bergerak ke ujung gang, ya, membahas apa korelasi antara kata filosofi dan jalanan. Mario Teguh sekalipun pasti juga pernah melewati jalanan, menginjaknya dan bahkan tidak memohon maaf atas perlakuannya terhadap jalanan. Tapi jalanan yang begitu hina, dengan eksistensinya untuk diinjak - injak dan dirusak, mampu memberikan pelajaran hidup yang setara dengan Pak Mario.

Coba anda bayangkan sejenak. Saat kita sedang berkendara, kita akan terus terpacu untuk menyalip siapa yang ada di depan kita. Setelah berhasil menyalip satu kendaraan, di depan kita kembali ada kendaraan yang lain. Dan begitu seterusnya. Seperti tak berujung. Bahkan lebih parahnya saat kita sedang memacu kendaraan dalam keadaan normal bahkan cenderung lebih pelan karena merasa di depan kita tidak ada lagi saingan kendaraan untuk disalip, tiba - tiba saja ada kendaraan yang menyalip kita. Dan bisa jadi itu adalah yang telah kita salip tadi, atau bahkan kendaraan baru yang baru muncul di jalan yang sedang kita lewati.

Nah..

Itulah pelajaran yang dapat kita ambil. Sama seperti kehidupan ini. Kita terus berusaha untuk menyalip orang - orang yang kita anggap "lebih" dari kita. Saat kita berhasil melampaui orang tersebut, ternyata masih saja ada yang "lebih" dari kita. Dan begitu seterusnya. Ataupun saat kita tidak memiliki ambisi untuk menyalip siapapun, ada orang yang "melebihi" kita. Sama hal nya dengan keadaan kita di jalanan tadi.

Ada banyak pelajaran kehidupan dari jalanan. Tidak akan mampu penulis menceritakannya dalam satu kali penuturan, bahkan seorang Mario Teguh sekalipun. Yang harus kita ingat selanjutnya adalah bahwa jalanan adalah sebuah ciptaan. Ciptaan manusia. Dia pasti akan rusak, akan hancur dan binasa menghilang dari dunia ini. Begitu pula kita manusia. Kita adalah sebuah ciptaan. Ciptaan Allah. Kita pasti akan rusak, hancur dan binasa dari kehidupan semu ini. Sering - seringlah mengingat Allah, meminta ampunanNya dan memohonNya untuk menuntun kita dalam jalan yang lurus. ya..jalanan yang lurus.

 

Dekap hangat untukmu jalanan..

Wallahu'alam.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun