Mohon tunggu...
Ari Budiarsyah
Ari Budiarsyah Mohon Tunggu... lainnya -

Lahir di jakarta bersamaan ketika john F. kennedy memperingati 72 tahun kelahirannya.. pada tahun 2013, menamatkan pendidikan sarjana sastra jepang di suatu sekolah tinggi bahasa di daerah jakarta selatan.. minatnya pada budaya, sastra jepang, psikologi, politik dan filsafat membuatnya terus menerus belajar untuk memperkaya pengetahuan tentang orang-orang maupun kondisi sosial di sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nikah dan Feodalisme dalam Keluarga

4 Mei 2014   21:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah dengar kata "nikah??"

pernahkah kita mencoba memaknai apa arti kata "pernikahan??"


Ternyata dalam kehidupan diluar sana, nikah bukanlah proses menyatukan 2 orang yg saling mencintai..

Lebih dalam daripada itu, dari segi kultur, Nikah berarti menyatukan 2 keluarga, menyatukan 2 kultur yg berbeda.. Penyatuan feodalis dengan feodalis..

Dan saya yakin, tiap keluarga selalu berpendapat bahwa ia adalah yg paling benar, keluarga lain sebaiknya mengikutinya..

Tidak mau mengikuti berarti dianggap anti-aturan keluarga.. Lalu terjadilah perselisihan.


Tapi celakanya.. Sungguh ini sebuah celaka yg sangat besar..

Sebuah virus yg diciptakan dari humanisme, kebebasan berpendapat, dan anti-feodalis mencoba menantang sistem seperti ini..

Kasarnya  si virus mengatakan "saya sudah membeli anak anda dengan mahar dan mas kawin, lalu apa urusan anda masih mengatur anak anda dan terutama mengapa anda harus mengatur saya??"


Menghadapi feodalisme tingkat extreme yg disebut adat bukanlah hal yg menyenangkan..

Ok.. Mari katakanlah si virus menuruti adat ini, virus tunduk pada sistem feodalisme suatu keluarga dan menghamba kepada adat..

Pertanyaannya, Apakah hidup si virus akan baik??

Apakah anak2 si virus nanti tumbuh baik, kuat, dan cerdas dengan bimbingan feodalis??

Jika jawabannya tidak menjamin kehidupan si virus akan lebih baik atau hanya sekedar menaruh hormat, lalu apa guna si virus menghamba pada adat, pada feodalisme..???

Mereka berpendapat, seorang anak yg belum menerapkan feodalisme dianggap sebagai manusia yg belum dewasa dan belum matang sebagai individu..

Tambah lagi, virus pemikiran kebebasan seperti ini merupakan ancaman serius bagi sistem feodalis..

Ibarat virus dalam sistem komputer, Sistem mencoba membungkam si virus dengan segala upaya..

Pada akhirnya sistem memberi pernyataan kepada si virus.. "saya tidak bisa membayangkan bagaimana hidup kamu nanti dengan sifat penentangmu di dalam sebuah kultur keluarga lain setelah menikah"

Virus menjawab "dengan segala hormat, saya justru tidak habis pikir bagaimana nanti saya bisa hidup dalam kultur penjajahan yg dalam hati kecil saya sendiri berkata bahwa saya tidak menyukai kultur seperti itu, saya lebih baik menjauh dari kultur.."


# intervensi keluarga (baca: campur tangan yg memaksa) tidak dibenarkan dalam menentukan pernikahan..

Jika memang intervensi itu tidak bisa dielakkan, pilihannya 3:

Ikuti, lawan, atau katakan "mengapa tidak kalian saja yg menikah dengan aturan yg kalian inginkan"


# feodalis (baca: paham dimana semua yg letaknya dibawah kepala harus menurut pada kepala)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun