5. Terapi Okupasi.Â
Terapi ini diberikan pada anak dengan spektrum autis dengan tujuan untuk melatih sistem gerak dan kemandirian anak.Â
Pada praktiknya biasanya melibatkan berbagai macam metode seperti latihan gerak fisik anak (motorik kasar dan halus), latihan sensori integrasi yang berkaitan dengan kemampuan mengintegrasikan sistem indra pada anak yang dimodifikasikan dalam kegiatan sehari-hari anak untuk melatih kemandiriannya sperti mengancing baju, menjepit pompom, meronce, dan lain-lain.Â
Penanganan pada anak dengan spektrum memang sangat kompleks, karena antara satu anak autis dengan anak autis lainnya bisa jadi memiliki hambatan dan kebutuhan yang berbeda.Â
Untuk itu diperlukan ketelatenan dan kesabaran untuk mendampingi setiap progres perkembangan pada anak dengan spektrum autis.Â
Daftar RujukanÂ
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington, VA: APA
Della Monica Stefanni. (13 mei 2024). Wamenkes Ungkap 2,4 Juta Anak di Indonesia Idap Autisme. Diakses pada 9 sepetember 2024 melalui laman https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7336606/wamenkes-ungkap-2-4-juta-anak-di-indonesia-idap-autisme.
Kusumayanti, G. A. D. (2011). Pentingnya pengaturan makanan bagi anak autis. Jurnal ilmu gizi, 2(1), 1-8.
Rahayu, S. M. (2014). Deteksi dan intervensi dini pada anak autis. Jurnal Pendidikan Anak, 3(1).
Wardani F.O, Apriyanti Mita (2011). Buku Panduan Guru Pendidikan Khusus Bagi Peserta Didik Autis Disertai Hambatan Intelektual.Jakarta: Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.Â