Mohon tunggu...
Ari Sukmayadi
Ari Sukmayadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar Forever

Aku baca. Aku pikir. Aku tulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Mempersiapkan Anies Menjadi Presiden Berikutnya

11 November 2022   15:55 Diperbarui: 11 November 2022   16:01 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, Soekarno pun tampaknya sudah lelah mengatasi masalah ekonomi bangsa yang dilanda superinflasi. Jika Soekarno mengundurkan diri begitu saja, beliau gak tega dengan kolega-koleganya dari negara-negara nonblok ataupun blok komunis, seolah-oleh beliau lepas tanggung jawab begitu saja dalam perjuangan melawan neo kolonialisme imperialisme dan dominiasi negara-negara barat.  

Maka, dirancanglah skenario memunculkan sosok Soeharto. Diberi panggung untuk mengatasi krisis G30S, sekaligus "diberi kuasa" untuk membubarkan PKI, agar Soeharto terlihat memiliki kemampuan dan jasa kepada negara, hingga memberi alasan  kepada rakyat kenapa Soeharto layaknya dicalonkan menjadi Presiden berikutnya.

Soekarno sendiri sebetulnya sudah mulai sakit-sakitan. Mundur teratur. Menjauhkan diri dari politik dan membiarkan dirinya diisolasi, agar tidak ada rakyat pendukungnya yang menghasut macam-macam. Biarkan rakyat Indonesia bersatu mendukung Soeharto, pemimpin yang baru.

Soeharto pun memegang teguh prinsip mikul duwur mendem jero. Di buku-buku sejarah resmi yang diterbitkan negara, nama Soekarno tetap harum, nyaris tidak ada pembahasan tentang kasus-kasus bahkan skandal-skandal politik era Soekarno. Semua orang tetap mengagungkan dan mengidolakan Soekarno.

Kondisi serupa mirip dengan proses peralihan kekuasaan dari Soeharto kepada Habibie. Sejenak setelah membacakan keputusan pengunduran dirinya sebagai Presiden, Soeharto pergi begitu saja meninggalkan istana, sekaligus meninggalkan Habibie yang beridir melongo, tidak disapa ataupun disalami. Bahkan Soeharto terus menjaga jarak dengan Habibie hingga beliau wafat.

Soeharto harus melakukannya agar rakyat Indonesia tidak memandang Habibie sebagai kepanjangan tangan dari Soeharto. Karena jika hal ini terjadi, maka Habibie akan terus diserang sehingga negara akan semakin kacau pasca pengunduran diri Soeharto. Di sisi lain, jika Soeharto menyerahkan keadaan kepada ABRI, diyakini pula tidak akan memperbaiki suasana, tidak akan memuaskan rakyat yang menggelar demonstrasi.

Sejarah pun kemudian mencatat, Habibie hanya menjabat seumur jagung, hanya sekadar mengantarkan terlaksananya pemilu yang dipercepat. Sesuatu yang memang sebelumnya pernah ditawarkan oleh Soeharto, bahwa supaya tidak terjadi kekacauan, Soeharto akan mengundurkan diri setelah melakukan proses percepatan pemilu. Namun usul Soeharto ditolak, bahkan para menteri yang selama ini menjadi kepercayaannya, mengundurkan diri secara berjamaah.

Pasca Pemilu 1999, Habibie mengundurkan diri di Sidang Umum MPR sebagai Calon Presiden. Tibalah skenario berikutnya. Bahwa Gus Dur dan Megawati itu sebetulnya sudah dipersiapkan oleh Soeharto sebagai calon penggantinya.

Cerita represif-nya Orde Baru kepada Gus Dur dan Megawati, sebetulnya adalah cara Soeharto sebagai orang tua mendidik calon penerusnya. Mendidiknya dengan perjuangan, sekaligus memberi panggung agar mereka lebih dikenal oleh rakyat. Agar rakyat melihat mereka-mereka ini layak untuk diangkat sebagai Presiden.

Banyak aktivis yang dipenjara, diculik, bahkan dihilangkan di era Orde Baru. Tapi keluarga Soekarno sebetulnya relatif aman-aman saja. Kehidupan keluarga Soekarno memang tidak semewah di istana kala Soekarno masih menjadi Presiden. Tapi hidupnya gak melarat-melarat amat.

Gus Dur dikenal sebagai "penentang" Soeharto. Faktanya Gus Dur pernah masuk Golkar dan melenggang ke MPR. Gus Dur pun pernah digandeng Soeharto untuk membumikan asas tunggal Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun