Kim menyukai landak laut (sea urchin) yang termasyhur di Jepang. Dan, ketika ia melihat landak laut di acara itu, ia berteriak: “Wah, itu kelihatan lezat!”
Fujimoto dengan cepat menanggapi: “Saya akan segera pergi ke Pulau Rishiri, Hokkaido, untuk membelinya. Saya juga akan belajar cara memasaknya.”
Kim membalas: “Ide cemerlang. Pergilah!”
Itulah hari terakhir Fujimoto melihat Kim.
Sesampainya di Hokkaido, Fujimoto melarikan diri dari pengawalan dan mencari tempat persembuyian. Fujimoto tak pernah kembali ke Korea Utara sampai detik ini.
Kenji Fujimoto dan buku tentang Kim Jong Un
Pengalaman Fujimoto, meskipun menarik, agaknya berbeda dengan pengalaman Shin Dong-hyuk (29 tahun), pemuda Korea Utara yang lahir di kamp konsentrasi. Shin lahir dari pasangan penghuni kamp Kaechon, atau biasa disebut Kwan-Li-So No. 14. Kamp ini berada di Pyongan, 90 kilometer selatan Pyongyang.
Meskipun tinggal di kamp konsentrasi, Shin sama sekali tak mengenal siapa itu Kim Jong Il! Di dalam kamp, tidak ada seorangpun yang membicarakan Kim Jong Il. Hukumannya berat jika ketahuan menggunjingkan Kim.
Baru-baru ini, Shin jadi terkenal karena satu hal: Ia satu-satunya orang yang berhasil melarikan diri dari kamp konsentrasi.
Dalam sebuah wawancara, Shin bercerita bahwa penghuni kamp dipaksa bekerja di pabrik dan konstruksi bangunan dari pukul 5 pagi hingga 11 malam. Penghuni kamp juga wajib memakai baju seragam.