Dalam tahun-tahun politik seperti ini, kerja pemenangan pilkada mulai berjalan. Tiap-tiap tim sukses dari kandidat pasangan calon  kepala daerah mulai memikirkan strategi-taktik dalam memperebutkan dukungan dari pemilih. Tidak main-main untuk mendapatkan dukungan dari pemilih semua hal bakal dilakukan. Namun disamping itu, dalam kerja pemenangan membutuhkan kedewasaan dalam berpolitik.
Dewasa dalam arti bahwa mampu menerima perbedaan pilihan politik. Tidak boleh ada pemaksaan pilihan politik dalam bentuk dan atas nama apapun sehingga dalam pencaturan politik setiap pemilih dengan bebas menentukan pilihan politiknya yang sesuai dengan hati nurani dan kesedarannya. Hal ini menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat. Baik sesama tim sukses, tim sukses dengan pemilih, pemilih dengan pemilih dan seterusnyaK
Kemudian satu hal yang perlu disadari bahwa ketika Negara telah menetapkan seseorang  agar terlibat dalam politik, paling tidak sebagai pemilih berarti yang bersangkutan telah memenuhi syarat. Perkara pilihan politiknya akan membawa dampak buruk dikemudian hari itu soal lain, yang terpenting adalah bagaimana bisa menghargai pilihan politiknya. Tugas dan tanggungjawab sebagai sesama manusia adalah menjelaskan secara detail manfaat dan modarat dari pilihan politiknya. Bahwa, meskipun itu adalah pilihan politiknya namun dengan pilihannya itu juga berdampak terhadap kelangsungan hidup orang banyak.
Jngan Merasa Paling Benar
Kebenaran yang sesungguhnya hanya milik yang maha kuasa. Dalam politik tidak ada yang paling benar dan sempurna, sikap dan pilihan kita adalah memutuskan agar dapat memilih dengan tepat. Baik dan benar menurut kita belum tentu baik dan benar munurut orang lain. Hal ini karena pengalaman, cara berpikir dan mengukur setiap orang sesuai dengan kadarnya masing-masing
Bukan berarti dalam politik tidak ada pilihan yang tepat. Akan tetapi keadaan politik setiap saat berubah. Bisa jadi hari ini baik, dan harmonis tapi hari-hari yang akan datang belum tentu. Keadaan tidak menentu seperti ini lah yang sangat rentan pilihan politik yang baik dan harmonis diawal tadi juga bisa tak menentu. Belum lagi, dalam politik mainstream penghiyatan politik dianggap hal yang biasa-biasa saja
Bijak dalam Memilih
Sungguh bukan hal yang mudah dituntut agar menjadi bijak di tengah situasi politik yang penuh dengan ketidak pastian. Bagi sebagian orang mudah untuk menentukan siapa yang nantinya dia pilih. Bisa menjadi mudah karena mungkin manfaat yang didapatkan dari pilihan itu sangat terasa. Serta sulit bagian seseorang atau sebagian orang karena pilihan politiknya justeru membawa duka dalam pilihannya itu
Menentukan pemimpin yang ideal pada saat pemilihan perlu mendapatkan banyak informasi yang akurat dari sumber yang terpercaya sebab tidak baik rasanya menjatuhkan pilihan kepada seseorang tanpa taaruf lebih dulu. Sudah banyak kita saksikan bagaimana berita hoaks beredar tanpa mengenal batas, yang benar dibilang salah, yang salah dibilang benar
Sehingga Tabayyun menjadi langkah paling baik dan efektif agar dapat memberikan penilain yang tepat. Namun tidak semua pemilih memiliki kepakaan yang sama. Apa lagi pemilih yang cenderung matrealisme. Tentu tidak akan memperthatikan bibit dan bobot calon tersebut. Belum lagi ditambah dengan pemilih mengambang serta pemilih yang kurang berpendidikan. Tentu akan mudah diarahkan sesuai dengan keinginan kandidat
Saat ini, tidak bisa menafikkan bahwa pemilih yang minim pendidikan dan pengetahuan politiknya lemah jauh lebih banyak. Lantas ketika ada seseorang atau kelompok memberikan pencerahan sekaligus mengarahkan untuk memilih kandidat tertentu apakah yang demikian bagian dari memaksakan kehendak?
Langkah yang paling baik adalah menyerahkan kepada yang bersangkutan dengan catatan bahwa semua hal yang berkaitan dengan manfaat dan modarat telah dijelaskan. Ada kalanya memang manusia sudah dijelaskan yang baik tetapi sulit diterima. Belum lagi tipe logi pemilih sangat beragam. Ada yang memilih karena berbeagai macam alasan, ada pula yang memilih hanya karena satu alasan. Untuk itu bijaksana dalam membuat keputusan dan menerima keputusan dalam kondisi apapun
Diam Bukan Emas
Dalam keseharian kita, seringkali kita mendengar ada ungkapan bahwa saya memilih diam, tidak mau terlibat dalam politik. Bisa jadi, ungkapan seperti ini karena frustasi politik atau ingin menerkam di saat yang tepat. Memang ada sebagian orang yang tidak mau terlibat dengan aktivitas politik namun hanya berapa persen saja
Harus diingat bahwa meskipun tidak terlibat dalam kerja-kerja pemenangan tetapi memilih merupakan substansi politik. Sehingga jangan terlena dengan pernyataan seperti itu. Model tipe logi pemilih seperti ini adalah model tipe logi yang tidak konsisten. Tidak mau mengambil resiko politik dari pilihan politiknya
Sehingga sikap diam merupakan sikap politik! Tinggal dinilai diam itu menguntungkan apa merugikan. Kalau menguntungkan didekati kalau merugikan dihindari. Memang kerja-kerja politik sangat melelahkan, menjengkelkan, mengecewakan. Tetapi itu lah politik, seni dalam bertahan hidup diera modern
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI