Desa Sri Karang Rejo, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, merupakan desa dengan potensi besar di bidang pertanian dan peternakan. Namun, pengelolaan limbah pertanian dan peternakan di desa ini masih belum optimal. Limbah tersebut seringkali dibuang begitu saja tanpa pengolahan yang tepat, mengakibatkan masalah lingkungan seperti pencemaran tanah dan air.
Kelompok tani dan peternak di desa ini memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola limbah secara efektif. Pemerintah Desa dan masyarakat umum juga belum sepenuhnya menyadari potensi limbah tersebut untuk diolah menjadi pupuk alternatif yang ramah lingkungan. Minimnya akses terhadap informasi menjadi penghambat utama dalam upaya pengolahan limbah untuk dijadikan pupuk alternatif. Mahasiswa ITB-AD Â mengadakan Pelatihan mengelola limbah pertanian dan ternak menjadi Pupuk Alternatif Bagi Petani.
Kegiatan proyek independen Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM ) ini dilaksanakan di desa Sri Karang Rejo, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatra Selalatn. Kegiatan ini diikuti oleh kelompok tani yang ada di desa tersebut, pemuka masyarakat, serta mahasiswa yang sedang melaksankan tugas kuliah Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM ) Â di desa tersebut
Petani di Desa Sri Karang Rejo Berhasil Mengolah Limbah Pertanian dan Peternakan Menjadi Pupuk Organik
Sri Karang Rejo, Musi Banyuasin - Dalam upaya mengatasi masalah limbah pertanian dan peternakan yang kian meningkat, petani di Desa Sri Karang Rejo, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, berhasil mengubah limbah tersebut menjadi pupuk organik melalui program pendampingan dan edukasi yang dilakukan oleh Ari Setiawan, mahasiswa dari Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan, dan kerja sama dengan ketua Gapoktan Manidiri Rejo Bpk Romli.
Program yang merupakan bagian dari inisiatif Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini mendapat dukungan dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian setempat. Para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mandiri Rejo dilatih secara intensif mengenai teknik pengolahan limbah ramah lingkungan. Pelatihan ini mencakup teori dan praktek lapangan selama dua minggu, dengan fokus pada pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk alternatif yang bermanfaat.
"Kami melihat dampak nyata dari pelatihan ini. Banyak petani yang sebelumnya tidak tahu cara mengolah limbah kini sudah bisa memproduksi pupuk organik sendiri. Ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga menurunkan biaya produksi karena mereka tidak lagi sepenuhnya bergantung pada pupuk kimia," ujar Ari Setiawan.
Kolaborasi dengan UPTD Pertanian memainkan peran penting dalam keberhasilan program ini. Selain menyediakan pelatihan, UPTD juga mendukung dengan memberikan alat-alat fermentasi yang dibutuhkan para petani. Hasilnya, sekitar 30% dari total limbah yang dihasilkan di desa ini kini telah diolah menjadi pupuk organik.
Program ini tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi pencemaran, tetapi juga meningkatkan kualitas tanah di lahan pertanian setempat. Para petani berharap dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait terus berlanjut agar program ini dapat diperluas dan menjadi contoh bagi desa-desa lain di sekitar Musi Banyuasin.